Berau Lebih Rawan Longsor

- Senin, 18 Januari 2021 | 20:02 WIB
DETEKSI DINI: Petugas BPBD Berau menunjukkan alat pendeteksi bencana yang ada di kantornya.
DETEKSI DINI: Petugas BPBD Berau menunjukkan alat pendeteksi bencana yang ada di kantornya.

TANJUNG REDEB – Berbagai daerah tengah dilanda musibah. Seperti banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat, hingga yang terjadi pada Sabtu (16/1) lalu, banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara.

Berbagai fenomena bencana alam yang terjadi di beberapa daerah itu, turut membuat jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau meningkatkan kewaspadaan. 

Dikatakan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Berau Thamrin, selain berkaca dari rentetan bencana yang terjadi di beberapa daerah, kewaspadaan dan kesiapsiagaan ditingkatkan karena Januari 2021 diprediksi sebagai puncak dari fenomena La Nina yang melanda Berau. Hal itu, lanjut dia, mengacu pada prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau.

Dari hasil koordinasi pihaknya, ancaman banjir besar seperti di Kalsel dan gempa bumi di Sulawesi Barat, memang sangat kecil potensinya terjadi di Berau. “Tapi ini musim La Nina, maka tidak menutup kemungkinan hujan akan terus turun di Berau, walau tidak berpotensi menyebabkan banjir yang besar,” terangnya kepada Berau Post kemarin (17/1).

Yang menjadi perhatian pihaknya di puncak La Nina ini, adalah ancaman tanah longsor. Sebab sesuai pendataan kawasan rawan bencana yang dilakukan pihaknya, banyak titik yang masuk dalam kawasan rawan longsor. Khususnya di kawasan pegunungan. “Yang menjadi perhatian kita saat ini adalah longsor. Kalau gempa ataupun banjir besar seperti yang terjadi di luar daerah, rasanya kecil kemungkinan terjadi,” katanya.

Makanya Thamrin mengimbau masyarakat, agar selalu waspada dan menjauhi kawasan pegunungan atau lingkungan dengan tebing-tebing curam, saat hujan deras turun. “Termasuk bagi nelayan, karena di puncak La Nina ini, ketinggian gelombang juga cukup membahayakan,” jelasnya.

Terpisah, Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi, juga menyebut kecilnya kemungkinan Berau dilanda gempa bumi dan banjir besar.

Dijelaskannya, Bumi Batiwakkal – sebutan Kabupaten Berau – memiliki banyak pegunungan dan masih dikelilingi pepohonan besar. Keasrian alam itu, lanjut dia, menjadi benteng untuk mencegah banjir besar seperti yang terjadi di Kalsel. “Kemungkinan banjir memang bisa terjadi. Tapi banjir biasa saat hujan turun, bukan banjir besar yang sampai berhari-hari, seperti di luar sana. Banjir yang sampai menyeret rumah hingga memakan banyak korban,” ujarnya kepada Berau Post kemarin (17/1).

Lanjut Tekad, di bulan Januari memang diprediksi sebagai puncak akhir musim La Nina. Sehingga intensitas hujan akan mengalami peningkatan yang sangat tinggi, serta akan berlangsung lama. “Jadi memang cuaca akan selalu mendung dan hujan yang awet,” jelasnya.

Sementara untuk potensi gempa, pihaknya sudah memiliki alat pendeteksi dini terjadinya gempa. Dan untuk wilayah Berau, disebutnya masih aman dari ancaman gempa bumi.

“Hanya di Bidukbiduk saja yang bisa merasakan dampak dari gempa. Itu kalau terjadi gempa atau tsunami di wilayah Palu (Sulawesi Tengah), seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Itu juga dampaknya hanya getaran sedikit saja,” jelasnya.

Yang dikhawatirkan pihaknya, ujar Tekad, adalah gelombang tinggi di kawasan pesisir. “Untuk saat ini gelombang susah ditebak, maka dari itu yang menjadi perhatian adalah para nelayan yang melaut, karena gelombang tidak bisa diprediksi,” jelasnya. (aky/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X