Mengaku Iseng, Warganet Minta Maaf

- Selasa, 19 Januari 2021 | 19:43 WIB
MINTA MAAF: Seorang warga menyampaikan permintaan maaf karena komentarnya di media sosial yang menganggap pasien meninggal di-covid-kan untuk mendapat keuntungan (18/1).
MINTA MAAF: Seorang warga menyampaikan permintaan maaf karena komentarnya di media sosial yang menganggap pasien meninggal di-covid-kan untuk mendapat keuntungan (18/1).

TANJUNG REDBE - Tim Surveilans Covid-19 RSUD menyesalkan adanya komentar warganet di media sosial yang menganggap bahwa tim medis meng-covid-kan pasien untuk mendapatkan keuntungan.

Seperti komentar akun @riniikhya5, yang menanggapi pemberitaan meningkatnya kasus Covid-19 di Kabupaten Berau. Dalam komentarnya, dia mengatakan ‘Yang mati karena diabetes juga divonis Covid-19 supaya dapat uang’. Melihat komentar itu, Tim Surveilans Covid-19 RSUD dr Abdul Rivai, Dani Apriat Maja, menyayangkan pernyataan itu dan meminta yang bersangkutan meminta maaf atas perkataannya.

Merasa bersalah atas komentarnya, pemilik akun @riniikhya5 langsung mendatangi Mapolres Berau dan mengakui kesalahannya. Pemilik akun yang merupakan seorang IRT (Ibu Rumah Tangga) itu mengakui telah berkomentar di Akun Instagram Berau Post beberapa waktu lalu, menanggapi pemberitaan soal kasus Covid-19. Ia mengakui bahwa perbuatannya itu salah dan tidak patut ditiru.

“Sebenarnya saya iseng saja dan terpancing dengan omongan orang-orang. Dan ini saya mengucapkan beribu-ribu maaf kepada masyarakat dan tenaga kesehatan yang selama ini bekerja keras,” katanya.

Kapolres Berau, AKBP Edy Setyanto Erning Wibowo, melalui  Paur Humas Polres Berau, Iptu Suradi, berharap kejadian serupa tak terulang lagi. Dia mengatakan, pihak rumah sakit pasti melakukan analisa dan pemeriksaan kepada seluruh pasiennya sebelum memvonis.

“Kami mengingatkan bahwa Covid-19 itu benar-benar ada dan bukan hoaks. Tapi tidak serta-merta semua penyakit langsung di-covid-kan,” katanya, kemarin. “Kami harap seluruh masyarakat tidak mudah terpancing dengan isu-isu yang tidak jelas asalnya, dan tidak menyebar opini negatif yang bisa meresahkan masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Tim Surveilans Covid-19 RSUD dr Abdul Rivai, Dani Apriat Maja, mengatakan dirinya bersama tim medis lainnya sebenarnya tidak berharap banyak, selain meminta dukungan masyarakat. Baik itu dalam menerapkan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, maupun dukungan moril untuk tim medis yang berjuang di ruang isolasi.

“Teman-teman di ruang isolasi bekerja siang malam. Kami terpisah dari keluarga 24 jam, dengan segala risikonya. Sementara keluarga di rumah dihantui fitnah bahwa kami bekerja hanya untuk mendustai orang dan bekerja untuk mendapatkan keuntungan,” jelasnya. “Semua tulus ikhlas mengabdikan diri dalam mengurusi pandemi ini,” imbuhnya.

“Jadi fitnah orang yang tidak bertanggung jawab tersebut perlu diberikan pelajaran, karena komentarnya menyebabkan orang awam akhirnya lalai dan ragu, yang akhirnya ikut terjebak opini sesat,” keluhnya.

Dani berharap ini menjadi pembelajaran bersama jangan sampai terulang kembali. Jika tidak bersedia membantu, kata Dani, setidaknya jangan menjadi netizen yang mempengaruhi orang lain dengan kata yang menyesatkan dan memfitnah tenaga medis yang sudah berjuang. “Hampir 1 tahun kami hidup kurang normal, jangan dipikir semuanya bisa dibayar dengan uang,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi, mengatakan bahwa banyak masyarakat yang tidak paham mengenai penanganan Covid-19, sehingga berpendapat bahwa pasien meninggal dunia kemudian sengaja di-covid-kan untuk ladang bisnis. “Apa yang mau dijadikan ladang bisnis. Siapa yang diuntungkan jika pasien terpapar Covid-19 kemudian meninggal dunia. Tidak ada yang untung. Pasien Covid-19 Bukan Ladang Bisnis. Pemkab mengeluarkan uang Rp 10 juta untuk sekali pemakaman pasien Covid-19 yang meninggal,” tegasnya.

Begitu juga dengan Dinkes, tidak merasa diuntungkan. Sekali pemakaman, pihaknya harus mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk membayar penggali kubur, peti jenazah, dan keperluan pemakaman lainnya. “Kami tidak merasa diuntungkan, saya harus membayar pemakaman, itu tidak murah,” ungkapnya.

Ia menuturkan, jika Covid-19 bisa dikerjakan sendiri oleh masyarakat, Dinkes tidak perlu keluar uang. “Tidak semua orang mau mengerjakan penggalian makam, kami bentuk tim khusus, belum lagi biaya untuk APD (alat pelindung diri) yang digunakan. Apa yang diuntungkan kami meng-covid-kan orang,” bebernya.

Selain itu, lanjut Iswahyudi, satu pasien Covid-19, minimal 4 orang kontak erat harus dilakukan swab untuk memastikan apakah orang tersebut ikut terpapar atau tidak. Hal itu juga butuh anggaran. “Siapa yang mau terjebak dalam situasi ini, tidak ada. Masyarakat, saya, tim surveilans, semua lelah,” tegasnya. (aky/har)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Arus Mudik Laut di Samarinda Belum Meningkat

Jumat, 29 Maret 2024 | 20:00 WIB

Bendungan Marangkayu Sudah Lama Dinanti Warga

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:45 WIB
X