GUNUNG TABUR – Lurah Gunung Tabur Lutfi Hidayat berharap solusi cepat Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Berau untuk mengatasi blank sport setidaknya untuk tiga RT di wilayahnya, yakni RT 7, 9 dan 10.
Minimnya akses internet di ketiga RT itu membuat masyarakat, khususnya para pelajar menjadi kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran daring.
Dirinya pun mendapati para pelajar harus ‘nongkrong’ di pinggir jalan puluhan bahkan ratusan meter dari rumahnya, berpanas-panas untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh.
“Ketika siang mau tidak mau mereka berjemur, karena mereka wajib menyelesaikan tugas yang diberikan dalam masa waktu tertentu. Permasalahan ini (blank spot, red) seharusnya dapat diatasi secepatnya,” ungkapnya kepada Berau Post, Senin (18/1).
Tidak hanya bagi anak-anak, bagi warga yang tinggal di wilayah RT yang mengalami blank spot, akan sangat kesulitan untuk mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Padahal, hal tersebut dikatakannya sangat penting di masa saat ini.
Menanggapi itu, Kepala Bidang Penyelenggaraan E-government Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Rahmatiah, meminta agar pihak kelurahan mengusulkan secara langsung hal itu kepada pihaknya, agar dapat dilakukan pengusulan ke pusat.
Diskominfo disebutnya tidak dapat melakukan pembangunan jaringan karena terbatasnya anggaran. Sehingga setiap wilayah di Kabupaten Berau, ditentukan oleh pusat.
Apalagi program mengenai jaringan tersebut merupakan program dari Kementerian Komunikasi dan Informasi. Program tersebut merupakan program bantuan jaringan internet dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (Bakti).
“Bisa melalui jaringan satelit atau membangun Semacam BTS (base transceiver stasion). Nanti kami periksa juga keadaan di sana,” ungkapnya katanya.
Untuk tahun 2021, disebutnya rencana pembangunan BTS dilakukan di Teluk Alulu, Kecamatan Maratua. “Sebenarnya awalnya di Bohe Silian. Tapi warga Teluk Alulu memohon karena wilayahnya masih blank spot,” katanya.
Sementara, Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Mardiatul Ida, meminta pihak sekolah berinovasi jika mengetahui ada peserta didiknya yang kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Seperti halnya melaksanakan pembelajaran tatap muka namun membatasi jumlah siswa dalam satu ruangan, hingga mendatangi satu per satu murid. “Kalau harus dikumpulkan dalam satu ruangan, batasi jumlahnya maksimal hanya lima murid yang melakukan pembelajaran,” sebutnya. (*/adf/sam)