PROKAL.CO,
TANJUNG REDEB - Berdasarkan data yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia, terdapat 10 wilayah di Kabupaten Berau berpotensi mengalami pergeseran tanah pada periode Januari 2021.
Kepala Badan Meteorogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Tekad Sumardi, menyebutkan bahwa potensi pergeseran tanah dipengaruhi faktor cuaca. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi faktor pendukung lainnya.
“Fenomena kemarau panjang, kemudian Karhutla, menyebabkan tanah dan batuan lapuk. Setelah dua fenomena tersebut, diguyur hujan dengan intensitas tinggi, membuat tanah dan batuan yang lapuk mudah tergeser akibat terbawa aliran air. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan longsor pada area yang lebih tinggi,” jelas Tekad, saat dikonfirmasi Selasa (19/1).
Seberapa jauh pergeseran tanah yang terjadi, kata dia, belum ada kajian lebih lanjut. Tetapi efek yang ditimbulkan pergeseran tersebut bisa longsor dan kerusakan ekosistem alam. Menurutnya, jika kejadian longsor berada dekat permukiman, tidak menutup kemungkinan menimbulkan korban jiwa. “Kalau sejauh ini kejadian longsor hanya mengakibatkan kerusakan jalan. Untuk korban jiwa, Alhamdulillah tidak ada,” ujarnya.
Dikatakannya, 10 wilayah berpotensi terjadi pergeseran tanah itu yakni Kecamatan Batu Putih, Biatan, Bidukbiduk, Gunung Tabur, Kelay, Pulau Derawan, Sambaliung, Segah, Tabalar, dan Talisayan. “Ada 5 Kecamatan dengan potensi pergeseran tanah tinggi, sedangkan sisanya potensinya menengah,” ungkap Tekad.
Masuknya beberapa kecamatan di wilayah pesisir Berau, Tekad menjelaskan, bahwa bergesernya tanah di lokasi tersebut tidak ada hubungannya dengan Sesar Mangkalihat. Tetapi, Tekad tetap meminta masyarakat di pesisir Berau tetap berhati-hati, mengingat potensi Tsunami bisa terjadi jika sesar tersebut bergerak hebat. “Dua lempengan yang ada di Berau yakni Maratua dan Mangkalihat. Keduanya memang aktif, tapi saat ini masih aman,” katanya.