TELUK BAYUR – Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kampung Labanan Jaya, Kecamatan Teluk Bayur terkendala tenaga kerja. Hal tersebut disampaikan Ketua Kapoktan, Mukalal.
Ia menjelaskan, dari 10 kelompok tani yang berada di bawah naungan Gapoktan Kampung Labanan Jaya, mayoritas telah lansia (lanjut usia) atau berumur tua. Sehingga, turut mempengaruhi produktivitas hasil pertanian di Kampung Labanan Jaya yang menjadi tidak maksimal.
Dari 500 hektar lahan pertanian yang berpotensi untuk ditanami padi sawah, ia menyebut saat ini hanya dapat dikerjakan seluas300 hektar. “Kami kurangi pekerjaan lahannya, untuk meringankan pruktivitas para petani yang usianya sudah tua,” katanya kepada Berau Post beberapa lalu.
Minimnya kaum muda untuk bekerja sebagai petani, menurut Mukalal tak terlepas dari keberadaan perusahaan pertambangan. Di mana mereka disebutnya lebih tertarik bekerja di perusahaan dibandingkan menjadi petani.
Di sisi lain, dirinya juga mengungkapkan, banyak masyarakat yang sebelumnya turut bergabung bersama Gapoktan Labanan Jaya, telah kembali ke kampung halaman masing-masing. Sehingga, tenaga kerja untuk pertanian di Kampung Labanan Jaya menjadi sangat minim.
“Padahal Kampung Labanan Jaya ini salah satu sentra padi di Kabupaten Berau,” terangnya.
Setiap tahunnya, ia menungkapkan, kampung yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Teluk Bayur ini mampu menghasilkan 6 ton beras setiap hektarnya. Serta 23 ton per hektare untuk benih padi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Mustakim mengakui tidak terjadinya regenarasi petani di Kampung Labanan Jaya. Hal ini disaksikannya sendiri setelah mengunjungi Kampung Labanan Jaya beberapa waktu lalu.
“Memang permasalahan lain dalam pertanian ini, kebanyakan petani yang bekerja merupakan warga lansia,” ujarnya.
Karena itu, agar persoalan ini bisa diatasi, pihaknya telah melakukan pelatihan dan pembuatan kelompok tani untuk anak muda. Namun, hingga saat ini, baru dua kelompok yang terbentuk.
“Banyak anak muda yang tidak mau menjadi petani, sehingga kami masih mencoba bersosialisasi kepada masyarakat,” katanya.
Persoalan regenerasi ini diakui Mustakim tidak hanya terjadi di Kampung Labanan Jaya. Melainkan juga di kampung-kampung penghasil beras lainnya. Dengan bekerjasama bersama penyuluh pertanian, ia berharap dapat memberikan solusi dan membantu para kelompok tani yang ada di Kabupaten Berau.
“Sehingga diharapkan tidak terputus produktivitasnya karena kekurangan tenaga kerja,” pungkasnya. (*/adf/arp)