“Intinya, saya tidak pernah mempersoalkan bantuannya. Yang saya persoalkan itu sasarannya,” lanjutnya.
Selanjutnya, setelah mendapat bantuan, pemerintah kampung juga diharap bisa melakukan pengawasan pemanfaatannya. Sebab, saat melanjutkan peninjauan ke hasil pembangunan jalan poros Kampung Birang, Gunung Tabur, Makmur kembali dibuat cukup kesal. Sebab, aspal jalan tersebut tidak sepenuhnya mulus. Padahal menurutnya, sudah sekitar Rp 49 miliar anggaran dikucurkan untuk pengaspalan jalan tersebut.
“Malah sejak 2019, sudah tiga kali berturut-turut dapat kucuran. Pertama di perubahan 2019 Rp 3 miliar, murni 2020 Rp 3 miliar, dan perubahan 2020 dapat lagi Rp 3 miliar. Semua dari bankeu. Tapi lihat saja kondisinya masih begini (tidak mulus, red),” ujarnya.
Saat berbincang dengan masyarakat setempat, jalan aspal tersebut memang kerap dilintasi kendaraan-kendaraan bertonase besar milik perusahaan. Sehingga, dirinya mengimbau kepada aparat kampung setempat, agar turut menjaga dan meminta kendaraan-kendaraan perusahaan untuk melintasi jalan lainnya.
“Ini jalannya kelas kampung saja. Maksimal 6 ton saja. Makanya tidak bisa mulus, karena ada kendaraan kapasitas 10 ton juga sering lewat,” pungkasnya. (hmd/har)