Mualaf Terus Bertambah, Berharap Dukungan Sesama Muslim

- Kamis, 25 Februari 2021 | 19:39 WIB
PERLU DUKUNGAN: Rusdin (kiri) dan Sapnu berharap ada dukungan donatur untuk pengembangan masjid di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Birang.
PERLU DUKUNGAN: Rusdin (kiri) dan Sapnu berharap ada dukungan donatur untuk pengembangan masjid di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Birang.

Sederhana namun bersih. Belum ada ornamen apa pun yang terpasang di dinding masjid. Namun soal semangat beribadah, warga muslim di Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Sungai Maning, Kampung Birang, Gunung Tabur, tak kalah dengan umat muslim di perkotaan.

Endro S Efendi, Gunung Tabur

POSISI tepat di sisi kiri jalan, ruas jalan poros utama Berau-Bulungan (Kaltara). Di kilometer 42 itulah, terdapat perkampungan Komunitas Adat Terpencil yang sengaja dibangun pemerintah melalui Dinas Sosial Kaltim. Rumah sebanyak 60 unit dengan konstruksi kayu itu sudah diserahkan sejak akhir 2019 silam. 

Tidak sulit menemukan perkampungan tersebut. Sebab bangunan kayu yang rata-rata berukuran 5 x 6 meter itu diberi cat warna-warna. Mirip kampung warna-warni yang ada di kota-kota besar dan bisa menjadi ikon wisata.

Di depan perkampungan itulah, tepat di sisi kanan gapura, terdapat bangunan kayu yang awalnya adalah sebuah musala, kini sudah diubah menjadi masjid. Masjid Al Ikhlas, begitulah nama yang diberikan. Memang belum ada papan nama masjid. Namun, pengurusnya sudah dibentuk. Karena sudah menjadi masjid, setiap Jumat pun rutin digunakan untuk salat Jumat.

Bangunan masjid ini awalnya sangat sederhana dan apa adanya. Sisa-sisa material kayu dari proyek pembangunan perkampungan itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk membangun masjid. Oleh warga setempat, rumah ibadah ini kemudian dipercantik secara bertahap, sesuai kemampuan.

“Kami hanya berharap bantuan donatur. Kalau warga di sini, tidak bisa maksimal. Pekerjaan kami di sini hanya berkebun sayur-sayuran,” kata Rusdin, sekretaris Masjid Al Ikhlas, bersama Sapnu, yang juga sebagai pembina masjid.

Meski sederhana dan dari material kayu, namun urusan kebersihan boleh diacungi jempol. Begitu memasuki masjid, sama sekali tidak ada kesan kumuh. Sebaliknya, terlihat sangat bersih dan terawat. Di sisi kanan dari pintu masjid, terdapat rak yang menyiapkan mukena serta sarung, bagi musafir yang mungkin kebetulan mampir dan salat di sini. Bulu-bulu karpet yang terpasang juga masih terasa begitu lembut di kaki.

Sementara di bagian depan, terlihat mimbar untuk penceramah atau khotbah, juga terbuat dari kayu. Bagian dalam masjid ini dicat dengan dominasi warna polos. Semua tampak polos, karena belum ada sama sekali ornamen yang umumnya bisa dijumpai di masjid atau musala. Tidak ada lafaz Allah dan Muhammad. Belum ada juga kipas angin untuk membantu sirkulasi udara di dalam masjid berukuran sekitar 6 x 10 meter tersebut.  

Di lokasi ini, juga belum terjangkau listrik dari PLN. Karenanya, ada panel surya ukuran kecil, untuk sekadar menghidupkan sedikit lampu, juga untuk pengeras suara. Setidaknya, kumandang azan bisa terdengar di seluruh areal kampung di kawasan ini.

Menurut Rusdin, di perkampungan komunitas adat terpencil itu, memang tidak seluruhnya muslim. “Ya separuh muslim, separuhnya non muslim,” sebutnya. Umumnya, warga yang tinggal di lokasi ini dari suku Dayak Punan Basap. Suku Dayak Punan Basap ini, sebelumnya dikenal hidup nomaden, berpindah-pindah. Mereka hidup di gua-gua, di tengah hutan jauh dari keramaian. Karena alasan itulah, pemerintah kemudian membangunkan perkampungan di lokasi ini.

“Walaupun sudah diberi rumah, masih ada juga yang kadang kembali ke hutan, sampai berbulan-bulan,” kata Rusdin. Sebab, tidak mudah memberikan pemahaman kepada warga yang selama ini memang sudah terbiasa hidup dan menetap di hutan.

“Sampai sekarang, masih ada warga yang bahkan takut melihat mobil. Termasuk takut melihat ada orang asing yang datang,” imbuh Sapnu, yang juga ikut membimbing dan mendampingi warga di lokasi ini.

Bertolak dari kondisi itu, Rusdin berharap, ada donatur yang bisa mendukung upaya pengembangan masjid di lokasi ini. “Sudah ada 20 orang yang mualaf di sini. Kami perlu bantuan juga bimbingan,” katanya. Bantuan yang diperlukan misalnya baju muslim, untuk bisa dipakai beribadah. Begitu juga untuk kebutuhan masjid seperti kipas angin, hingga kaligrafi untuk mempercantik masjid.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X