Butuh Wadah Pemasaran, Jadi Modal setelah Bebas

- Selasa, 2 Maret 2021 | 20:14 WIB
HASIL KARYA WARGA BINAAN: Kepala Pengamanan Rutan Klas IIB Tanjung Redeb, Puang Dirham, memperlihatkan hasil karya para warga binaan yang memanfaatkan limbah industri kayu.
HASIL KARYA WARGA BINAAN: Kepala Pengamanan Rutan Klas IIB Tanjung Redeb, Puang Dirham, memperlihatkan hasil karya para warga binaan yang memanfaatkan limbah industri kayu.

Bagi kebanyakan orang, serbuk kayu maupun kayu bekas tidak bisa dimanfaatkan lagi. Namun bagi warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) Klas II Tanjung Redeb, limbah kayu bisa disulap menjadi berbagai kerajinan yang bernilai ekonomi.

ARTA KUSUMA YUNANDA, Tanjung Redeb

MEMBUAT sesuatu dari barang bekas, bisa jadi modal narapidana atau warga binaan setelah kembali ke masyarakat nantinya. Berbagai jenis kerajinan tangan juga yang selalu digenjot sipir-sipir di Rutan Tanjung Redeb, agar menjadi modal keterampilan bagi warga binaannya kelak, setelah meninggalkan rutan.

Seperti Membuat miniatur kapal, asbak, guci, pot bunga dan sebagainya, seperti menjadi kesibukan beberapa warga binaan di Rutan Tanjung Redeb setiap harinya.

Kepala Pengamanan Rutan Klas II B Tanjung Redeb, Puang Dirham, mengatakan kegiatan tersebut dilakukan agar warga binaan tidak merasa bosan. Sekaligus menjadi modal dan pengalaman bagi mereka ketika bebas, agar bisa berusaha untuk meningkatkan perekonomian mereka.

“Jadi mereka bisa menggunakan keterampilan yang mereka dapat saat mendekam di dalam rutan, sebagai mata pencaharian mereka nantinya ketika bebas,” katanya kepada Berau Post, Senin (1/3).

Dikatakannya, adanya tangan kreatif warga binaan ini sangat didukung. Pasalnya, selain memberi contoh yang positif, kegiatan ini juga bisa memberikan efek yang sangat baik bagi warga binaan lainnya yang ingin belajar untuk membuat kerajinan ini. “Sangat kami dukung kegiatan seperti ini,” kata dia.

Sayang, hasil kerajinan warga binaan terkendala pada pemasarannya. Sebab, pihaknya tidak bekerja sama dengan pihak manapun untuk memasarkan hasil kerajinan tangan warga binaan mereka. “Karena saat ini zaman digital, maka kita memasarkannya dengan Online dan dari muluk ke mulut,” ungkapnya.

Dengan begitu, dirinya berharap ada kepedulian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau untuk memberi ruang para warga binaan agar bisa lebih semangat berkarya meski di dalam rutan. “Saya berharap agar ada wadah atau tempat penjualan karya warga binaan untuk bisa dipasarkan,” harap Dirham.

Salah seorang warga binaan, Andri menjelaskan, teknis pembuatan kerajinan dari serbuk kayu ada dua jenis. Pertama serbuk kayu kasar untuk bahan dasarnya, serta serbuk kayu halus untuk pelapisnya. “Supaya dari luar tampak halus dan tidak kasar saat dipegang,” jelasnya.

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu kerajinan tangan, lanjutnya, tergantung tingkat kesulitan dan ukurannya. Tetapi rata-rata membutuhkan waktu dua minggu.

Menurutnya, program rutan ini sangat baik untuk dirinya dan rekan-rekannya. Walaupun menjadi penghuni rutan, tetapi warga binaan tetap mendapatkan dukungan agar tetap bisa berkarya. “Dengan adanya bekal membuat kerajinan ini, kami lebih percaya diri setelah bebas dari hukuman nanti. Setelah bebas, saya tidak pusing lagi mencari kerja, karena sudah mendapatkan bekal atau modal untuk berusaha dan bisa mendapatkan uang dari menjual hasil karya tangan sendiri,” tandasnya. (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X