Mobil Tak Bisa Masuk, Masyarakat Dapat Nilai Tambah

- Kamis, 11 Maret 2021 | 20:20 WIB
PENGEMBANGAN WISATA: Bontang Kuala, kawasan pesisir yang disulap menjadi salah satu destinasi wisata Kota Bontang.
PENGEMBANGAN WISATA: Bontang Kuala, kawasan pesisir yang disulap menjadi salah satu destinasi wisata Kota Bontang.

Jika Berau memiliki wisata alam sangat menakjubkan, Bontang tentu tak mampu menandingi anugerah yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa itu. Namun, bukan berarti kota ini tak bisa menciptakan ikon wisata baru. Bontang Kuala, menjadi salah satu bukti nyata. Upaya yang sudah dilakukan, kini tinggal memetik hasilnya.

Endro S. Efendi, Kota Bontang

KALAU soal wisata alam, apa yang dimiliki Berau tak perlu diragukan lagi. Wisata yang dimiliki kabupaten paling utara di Kaltim ini sudah kaliber internasional. Lalu, kenapa harus melihat apa yang sudah dilakukan Kota Bontang?

Tak punya pesona alam seindah Berau, tentu menjadikan Kota Bontang harus lebih kreatif. Potensi yang ada dimaksimalkan agar bisa memiliki ikon wisata yang bisa diterima masyarakat. Upaya pengembangan wisata itu pun jatuh ke Bontang Kuala, kawasan pesisir Bontang yang selama ini banyak dihuni para nelayan asal pulau seberang, Sulawesi.  

Dari Tanjung Redeb ke Bontang Kuala, melintasi jalur darat memerlukan waktu hampir 10 jam, dengan jarak sekitar 430 kilometer. Di kota yang terdapat objek vital nasional, Pupuk Kaltim dan Badak LNG ini, tetap berharap penghasilan tambahan dari sektor wisata.

Sebelumnya sudah ada Pulau Beras Basah. Namun kondisinya semakin terancam abrasi. Menjadikan kampung nelayan menjadi tempat wisata, ternyata menjadi ide brilian.

Penataan dimulai dari membuat akses jalan masuk ke kampung berupa jembatan dari kayu ulin. Dari gapura masuk kampung menuju lokasi paling ujung, panjangnya sekitar 600 meter.

Di ujung kampung nelayan inilah terdapat beberapa rumah makan yang bisa menjadi pilihan bersantai. Pengunjung bisa menikmati hidangan hasil laut, sembari menikmati suasana pesisir.

Warga ternyata mau diajak berbenah demi menarik wisatawan, hingga kawasan ini menjadi tempat wisata populer. Selain mendapatkan penghasilan dari penginapan, warga banyak menjual oleh-oleh seperti produk olahan rumput laut dan teripang. Tak ketinggalan ikan asin dan terasi.

Wisatawan juga bisa berperahu melintasi sela-sela rumah atau di bawah jalan dan jembatan kampung. Tak heran, sebagian warga Bontang menyebut Bontang Kuala sebagai ”Venice van Borneo”.

Sepanjang menyusuri jalan berupa jembatan kayu ulin ini, tak terlihat ada sampah berserakan. Hutan mangrove pun terpelihara. Dibiarkan rimbun dan bisa menghasilkan udara segar.

Di bawah lantai rumah, sebagian warga membuat keramba kerapu atau baronang. Air yang bening seperti kaca menampakkan ikan-ikan beraneka warna berenang ke sana kemari.

Konon, kampung ini bermula sejak akhir 1990-an. Berawal dari semangat mencari sesuap nasi, para nelayan asal Mamuju, Sulawesi Barat, menuju Bontang sehari semalam mengarungi Selat Makassar.

Di daerah pesisir inilah mereka menemukan tempat mencari nafkah sesuai keahlian. Mencari ikan dan teripang. Lama kelamaan, mereka memutuskan menetap di kawasan ini dengan membuat pondok di atas air.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

RTRW PPU yang Baru Bakal Hapus Pertambangan

Rabu, 1 Mei 2024 | 15:15 WIB

Sehari Sampah di Kota Minyak Tembus 450 Ton

Rabu, 1 Mei 2024 | 13:23 WIB

Peta Zona Nilai Tanah Ditetapkan

Selasa, 30 April 2024 | 16:00 WIB

Kemenag Paser Akan Berangkatkan 243 CJH

Selasa, 30 April 2024 | 15:00 WIB

Tugu Bundaran Masjid Tupoksi Bagian Umum

Selasa, 30 April 2024 | 13:00 WIB
X