TANJUNG REDEB – Kebutuhan listrik di Kecamatan Maratua, hingga kini belum terpenuhi secara maksimal. Dalam sehari, listrik hanya menyala kurang lebih delapan jam.
Camat Maratua Marsudi yang dikonfirmasi Berau Post pada Selasa (23/3) mengungkapkan, kekurangan saat ini memang masalah listrik, sebagian penginapan menggunakan genset untuk membuat lampu tetap menyala.
“Permasalahannya bahan bakar untuk genset tersebut cukup besar biayanya,” katanya.
Ia melanjutkan, meskipun PLN telah masuk ke Maratua, namun belum bisa maksimal memberikan pelayanan terhadap masyarakat empat kampung di kecamatan tersebut. Tapi diakuinya, walau listrik dari PLN saat ini masih delapan jam, tapi membawa dampak positif bagi warga.
“Kami akan lakukan koordinasi dengan pihak PLN, agar bisa ditingkatkan, menyala 24 jam. Ya minimal 12 jam lah,” paparnya.
Diakui Marsudi, masuknya listrik ke salah satu pulau terluar di Indonesia tersebut tidak lepas dari campur tangan Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur, Makmur HAPK, yang gencar ‘menagih’ ke PLN untuk pengoperasian PLTD Maratua. Akhirnya, listrik dari PLN resmi dinikmati warga sejak 25 September 2020 lalu.
“Meski baru 8 jam, tapi saat ini sedang dalam tahap uji coba untuk bisa menyala 24 jam,” katanya.
Marsudi mengatakan, beroperasinya PLN hanya 8 jam, dikarenakan kapasitas pembangkit listrik tersebut hanya satu megawatt saja. Tentu, jika dipaksakan aktif 24 jam, tidak akan sanggup. “Sudah kami usulkan melalui SIPD (Sistem Informasi Pembangunan Daerah),” ucapnya.
Ia melanjutkan, saat ini baru tiga kampung yang teraliri listrik. Yakni Teluk Harapan, Bohe Silian dan Payung-Payung. Sedangkan Teluk Alulu belum bisa tersambungkan aliran listrik.
“Jaraknya cukup dekat antara Teluk Harapan dan Teluk Alulu hanya 15 Km, insyaAllah tahun ini bisa masuk ke sana,” paparnya.
Marsudi menambahkan, dirinya yakin dengan masuknya listrik 24 jam akan meringankan beban masyarakat untuk membeli BBM. Serta wisatawan tentu akan semakin ramai. “Saya yakin itu, dan semoga tahun ini terealisasi,” pungkasnya. (hmd/udi)