TANJUNG REDEB – Permasalahan aroma tidak sedap dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bujangga masih sering dikeluhkan masyarakat. Bahkan, hal itu juga sempat disinggung Bupati Berau Sri Juniarsih, saat musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) belum lama ini.
Menjawab hal ini, Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Anwar, menyebut kesulitan untuk mengelola sampah agar tidak menimbulkan aroma tidak sedap dari TPA ialah terbatasnya alat yang dimiliki.
Selain itu, meningkatnya volume sampah selama masa pandemi Covid-19 juga disebutnya turut memengaruhi hal itu. “Biasanya hanya 30 sampai 40 ton per hari. Namun selama pandemi meningkat sampai 60 ton per hari. Tingginya intensitas hujan juga turut memengaruhi,” ungkapnya, Jumat (26/3).
Namun ditekankannya pula, pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengelola sampah dengan cara menyemprotkan bahan kimia berupa kimia kripton untuk menekan aroma tidak sedap agar tidak meluas hingga ke permukiman warga.
Agar pengolahan lebih maksimal, pihaknya berharap tersedianya anggaran untuk pengadaan alat sehingga mampu mengatasi aroma tidak sedap yang sering dikeluhkan warga.
“Termasuk alat pengurai sampah juga saat ini sedang rusak. Anggaran masih kurang untuk menyediakan peralatan yang lebih memadai,” katanya. (*/adf/sam)