TALISAYAN – Kepala Kampung Talisayan Rachmat Setiawan, mengakui bahwa potensi wisata hiu paus di Talisayan, belum dikelola maksimal.
Dikatakannya, saat ini wisata hiu paus hanya dikelola secara mandiri oleh para nelayan. "Jadi jika ada wisatawan yang berkunjung, mereka langsung bernegosiasi dengan nelayan terkait tarif ke lokasi. Kalau tarifnya bervariasi," ujarnya kepada Berau Post (29/4).
Makanya, pihaknya tengah menyusun rencana pengembangan wisata hiu paus agar dapat dikelola kampung melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMK). Selain bisa menambah nilai ekonomis bagi masyarakat dan nelayan, pengelolaan maksimal juga akan meningkatkan kepariwisataan di Kampung Talisayan.
"Kami masih harus menyiapkan beberapa rencana, baik terhadap persiapan kampung maupun sejumlah persiapan yang dilakukan bersama motoris atau nelayan," katanya.
Pengelolaan wisata hiu paus secara mandiri oleh nelayan, tidak jarang berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti perlakukan wisatawan terhadap hiu paus yang berlebihan, seperti menaiki hiu paus dan lainnya.
"Diperlukan juga pengetahuan khusus bagi nelayan mengenai perlakuan terhadap hiu paus agar bisa disampaikan ke wisatawannya. Selain itu, perlu juga dipersiapkan terlebih dahulu peralatan keselamatannya,” katanya.
“Makanya, perlu dikelola lebih profesional agar potensinya bisa terjaga dan wisatawan juga aman,” sambungnya. (*/uga/udi)