TANJUNG REDEB - Sektor pertambangan selama ini menjadi andalan sumber pendapat daerah. Namun menurut Bupati Berau, Sri Juniarsih, sektor ini tidak bisa selalu diharapkan. Pasalnya, pertambangan suatu saat akan habis.
Karena itu, Pemkab Berau mulai fokus mengoptimalkan sektor lainnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satunya perkebunan. Menurut bupati, perkebunan bisa menjadi penyumbang PAD terbesar, melihat potensi lahan subur yang bisa dimanfaatkan masih luas.
Sri Juniarsih mengakui, pendapatan daerah dari sektor pertambangan masih menjadi yang terbesar mencapai 62 persen. Namun dia yakini bahwa sektor lainnya seperti perkebunan bisa menjadi penyokong PAD Berau. “Selain perkebunan, pemkab juga akan mengembangkan pariwisata. Memang butuh waktu tidak sebentar, tapi akan dioptimalkan,” ungkap Sri Juniarish, belum lama ini.
Ia melanjutkan, selain mengoptimalkan potensi SDA, pihaknya juga menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki daya saing dan tidak berharap pada sektor pertambangan. Maka dari itu, pemkab akan lebih fokus pada pengembangan SDM dan SDA. “Tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi membuat daya saing semakin berat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Berau, Sumaryono mengungkapkan, Berau memiliki lima komoditas unggulan dari sektor perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, dan lada. Saat ini, sektor perkebunan menyumbang 5,3 persen untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kita memang harus mendorong petani Berau dalam transformasi ekonomi. Ini sesuai visi dan misi bupati dan wakil bupati. Kita tidak boleh bergantung hanya dari sektor pertambangan batu bara,” jelasnya.
Menurutnya, jika terus bergantung pada sektor pertambangan, maka waktunya sudah tidak akan lama lagi. Sehingga masyarakat perlu dorongan untuk terus meningkatkan sektor alternatif, yakni perkebunan dan pertanian. Apalagi dengan luasan lahan yang ada, potensi dari sektor perkebunan dan pertanian masih terbuka luas.
“Tambang ini pasti ada masanya. Karena itu harus kita dorong di sektor pertanian ini menuju ke arah yang lebih baik,” ucapnya.
Ia melanjutkan, peningkatan sektor perkebunan juga sudah dicanangkan oleh gubernur Kaltim sejak 2013. Karena itu, pemerintah daerah tetap optimistis bisa mandiri dari sektor perkebunan dan pertanian. Ia mencontohkan, pada komoditi kakao, saat ini lebih dari 1.600 hektare lahan digunakan menjadi perkebunan kakao yang tersebar di 10 kecamatan.
Dari luas perkebunan tersebut, baru berhasil memproduksi sebesar 0,6 ton, sedangkan potensinya dapat mencapai 1,2 ton. “Kalau dilihat potensi kakao dari sisi kesuburan lahan dan semangat petani itu sangat menjanjikan,” pungkasnya. (hmd/har)