Cegah Stunting dengan Asi Eksklusif

- Kamis, 1 Juli 2021 | 20:18 WIB
CEGAH STUNTING: Dinas Kesehatan Berau melaksanakan seminar pencegahan stunting di Balai Mufakat, kemarin (30/6).
CEGAH STUNTING: Dinas Kesehatan Berau melaksanakan seminar pencegahan stunting di Balai Mufakat, kemarin (30/6).

TANJUNG REDEB - Dalam mecegah terjadinya kekurangan gizi kepada anak/balita, Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau menggelar seminar pencegahan stunting dengan asi ekslusif. Hal itu dilakukan untuk mempromosikan kesehatan terhadap anak melalui orangtua.

Dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau Iswahyudi, seminar kesehatan cegah stunting dengan asi ekslusif ini untuk promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Berau tahun 2021.

“Ini adalah agenda rutin kita dalam memberikan pemahaman kepada orangtua tentang pemberian gizi harus baik kepada anak, terutama kepada para balita,” ujarnya kepada Berau Post, Rabu (30/6).

Menurut Iswahyudi, di Kabupaten Berau kondisi stunting masih cukup baik. Bumi Batiwakkal sendiri menduduki peringkat kedua dari bawah untuk wilayah Kaltim, karena untuk saat ini ada 19,2 persen bayi di Berau memiliki gejala stunting.

“Tetapi mulai ini kita dimasukkan ke dalam anggaran atau dibantu anggaran dalam memfokuskan untuk menekan angka stunting, karena ini sudah masuk dalam target nasional,” ujarnya.

Dirinya juga menambahkan, seminar ini adalah upaya Dinas Kesehatan bersama para kader kesehatan Posyandu agar bisa lebih memahami dan bisa memberi arahan kepada orangtua saat kegiatan di posyandu.

“Ini sangat penting demi jalannya kegiatan posyandu kita, karena memang untuk mecegah stunting ini yang paling berperan adalah orangtua,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Lamlay Sarie menambahkan, saat ini Berau masih terbilang aman dari stunting. Akan tetapi, pihaknya juga akan tetap terus melakukan kegiatan atau seminar, agar masyarakat bisa paham apa itu stunting.

“Saat ini pihak kami juga masih mendata untuk anak/balita yang ada melalui puskesmas-puskesmas di kampung, dan memang tidak bisa dimungkiri, hampir setiap kecamatan ada balita yang terkena stunting, namun kita tidak bisa memberikan data karena pendataan belum selesai,” tambahnya.

Diingatkannya, penyakit stunting tidak hanya dapat terkana kepada keluarga yang kurang mampu. Pasalnya, dari hasil pantauan juga terjadi kepada anak yang kurang akan makanan yang mengandung vitamin, serta kurangnya pengetahuan orangtua terhadap asupan makanan untuk anak itu.

“Jika gizi buruk itu adalah penyakit orang tidak mampu itu salah, karena masih ada yang keluarganya terbilang menengah ke atas anaknya terkena stunting. Itu terjadi karena sang ibu tidak paham akan asupan yang seharusnya masuk kedalam tubuh anak,” tandasnya. (aky/adv/sam)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X