Nakes Mulai Tumbang, Ruang Perawatan Sudah Kelebihan Kapasitas

- Senin, 19 Juli 2021 | 21:04 WIB
CEK KESIAPAN: Bupati Berau meninjau RSUD dr Abdul Rivai dan RSD, untuk mengecek kesiapan kamar perawatan pasien Covid-19 kemarin (18/7).
CEK KESIAPAN: Bupati Berau meninjau RSUD dr Abdul Rivai dan RSD, untuk mengecek kesiapan kamar perawatan pasien Covid-19 kemarin (18/7).

TANJUNG REDEB – Bupati Berau Sri Juniarsih, meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai dan Rumah Sakit Darurat (RSD) eks Cantika Swara, (18/7). Tinjauan yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Berau Iswahyudi, untuk melihat langsung keadaan ruang isolasi bagi pasien Covid-19. Sebab jumlah pasien terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Hasil tinjauannya, kondisi di rumah sakit plat merah tersebut sangat memprihatinkan. Selain sudah kelebihan kapasitas, para tenaga kesehatan juga mulai bertumbangan. Karena banyaknya pasien yang harus dirawat.

“Jumlah pasien di sini mencapai 80 orang, sedangkan tempat tidur hanya 76. Untuk di RSD Cantika Swara, sudah mencapai 104 orang. Sedangkan kapasitas hanya 100 orang,” bebernya. Ia melanjutkan, dengan banyaknya pasien yang masuk, membuat fasilitas di rumah sakit kurang memadai. Salah satunya adalah ventilator yang hanya tersedia 5 unit. Sedangkan pasien melebihi jumlah tersebut.

“Ini menjadi pertimbangan kami dan akan kami tindak lanjuti untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk,” bebernya. Menurut Juniarsih, untuk mengatasi kelebihan kapasitas di RSUD dr Abdul Rivai, tim medis bisa mengalihkan sebagian pasien ke RSD. Namun di RSD pun fasilitasnya juga belum memadai.

“Fasilitas di RSD terus terang sangat terbatas. Karena ini sebenarnya diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi sedang. Tapi kalau sudah level berat dan perlu penanganan, harus di RSUD. Kami akan tindak lanjuti segala yang terbatas dan menjadi kendala di RSD ini,” katanya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Paru-Paru RSUD dr Abdul Rivai, Robert Christian Naiborhu, mengungkapkan kondisi di dalam rumah sakit saat ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Karena saat ini pasien yang masuk ke rumah sakit kebanyakan mengalami gejala berat, sehingga nakes harus bekerja ekstra.

“Kalau yang sebelum-sebelumnya itu banyak yang gejala sedang dan ringan,” ungkap Robert. Ia menuturkan, saat ini pasien banyak yang membawa penyakit penyerta atau komorbid dengan tingkat keparahannya tinggi. Terkait ketersediaan alat bantu napas yang masih terbatas dan tidak sebanding dengan jumlah pasien, Robert mengaku terpaksa jika harus menentukan pasien mana yang dapat menerima alat tersebut.

“Pertimbangan tergantung keadaannya, semisal pasien masuk 10, sedangkan alat hanya tersisa dua. Jadi saya menentukan mana pasien yang tingkat keselamatannya masih tinggi yang bisa kami perjuangkan,” jelasnya.

Ia menambahkan, saat ini rumah sakit menghadapi kendala yang kompleks. Karena pasien bertambah banyak dan cepat, menyebabkan ruang rawat inap semakin sempit dan sedikit. Di samping itu, karena tingkat keparahan yang tinggi menyebabkan waktu rawat yang semakin lama.

“Kalau fasilitas kita mau memperbanyak, tetapi kita juga memikirkan yang lain. Melengkapi dengan alat yang membutuhkan oksigen besar, tentu kapasitas oksigen juga harus dinaikkan. Nah itu memang membelinya kita mampu, tapi menyanggupi kebutuhan hariannya akan menjadi sulit,” pungkasnya. (hmd/udi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X