Lebih Sejahtera di Usia Makin Senja

- Senin, 26 Juli 2021 | 19:37 WIB
BERKUALITAS: Burhaniansyah, petani kakao asal Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, menunjukkan buah kakao berkualitas tinggi hasil kebunnya.
BERKUALITAS: Burhaniansyah, petani kakao asal Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, menunjukkan buah kakao berkualitas tinggi hasil kebunnya.

Potensi perkebunan kakao menjadi salah satu sektor yang  dimaksimalkan oleh para petani di Kabupaten Berau. Salah satunya Burhaniansyah, seorang petani kakao asal Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, yang semangat mengembangkan tanaman kakao.

SUMARNI, Tanjung Redeb

Burhaniansyah atau akrab dipanggil Pak Aduk, sejatinya adalah seorang nelayan. Bahkan dia menghabiskan sebagian usianya untuk melaut atau selama 30 tahun. Namun, menyadari usianya yang sudah tidak lagi muda, namun hasil melaut selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja, membuatnya berpikir untuk banting haluan dengan merintis pekerjaan lain yang bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan menjamin masa depan keempat anaknya.

"Penghasilan nelayan sebenarnya cukup-cukup saja. Tapi kebutuhan kan bertambah terus. Jadi saya juga harus memikirkan bagaimana caranya pekerjaan atau usaha saya bisa dilanjutkan sama anak-anak saya nanti," katanya saat ditemui di kebunnya, beberapa waktu lalu.

Meski usianya sudah rentan, tapi Pak Aduk masih memiliki semangat yang sangat tinggi. Tanpa keahlian khusus, pengalaman minim, hanya modal percaya diri, Pak Aduk memberanikan diri beralih menjadi petani kebun kakao yang saat ini ia geluti. Dengan ketekunan, keuletan, dan rasa keingintahuannya, Pak Aduk kini mampu memiliki kebun dengan ribuan pohon kakao yang dirawatnya dengan sangat baik.

"Saya sangat memperhatikan pertumbuhan tanaman kakao di kebun saya ini. Untuk menghindari gangguan  hama. Sehingga bisa menumbuhkan biji kakao yang berkualitas baik," jelasnya.

Pak Aduk mulai menggarap penanaman kakaonya sejak akhir 2018 lalu. Tapi dalam kurun 3,5 tahun, kini ia mampu memiliki 2 ribu pohon kakao yang tertanam di lahan seluas 2,5 hektare dari 3 hektare luas lahan yang dimilikinya. Menurutnya, awalnya tidak mudah mengelola kebun kakao. Karena memang dibutuhkan pengalaman yang cukup. Apalagi soal pemilihan bibitnya.

"Yang lebih sulitnya itu dan merugikan dari sisi pemasarannya. Karena dari pengalaman, harga kakao dipermainkan sama tengkulak," bebernya.

Namun hal itu tidak mengurungkan semangat Pak Aduk untuk terus belajar. Sampai akhirnya ia menemukan mitra untuk bisa mengembangkan kebun kakaonya lebih baik lagi. Terutama dalam hal pemasarannya dan pembinaannya.

"Dan akhirnya saya ketemu mitra, yaitu Berau Cocoa yang bisa menjamin pemasaran hasil panen kakao saya. Secara tidak langsung juga meningkatkan ekonomi keluarga," tuturnya.

Setiap kali panen, Pak Aduk mampu memberikan hasil panennya kepada mitra rata-rata 112 kilo biji kakao basah. Pengantarannya pun harus melalui jalur sungai dengan menggunakan ketinting. Dengan jarak tempuh selama 30 menit sampai ke pabrik kakao untuk selanjutnya diproses ke tahap menjadi biji kering.

"Saya sangat senang sejak ada mitra yang betul-betul mendukung kami. Saat ini kami sudah membentuk kelompok tani yang harapannya ke depan bisa dibantu dalam hal pemberian bibit, sehingga kami bisa memberikan biji kakao yang lebih berkualitas lagi," katanya.

Tanpa lelah dan mengeluh, Pak Aduk tetap semangat mengembangkan kebun kakaonya. Tentunya dengan dukungan mitra Berau Cocoa yang merupakan salah satu program CSR PT Berau Coal.

Terpisah, Community Enterprise Development Manager PT Berau Coal, Muhammad Khodim, menerangkan Berau Cocoa yang merupakan bagian dari program CSR PT Berau Coal konsisten mendampingi petani dengan berkolaborasi dengan beberapa pihak. Salah satunya dari Dinas Perkebunan, baik di Kabupaten Berau maupun di Provinsi Kaltim.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X