Pengusaha Hotel dan Restoran Elus Dada

- Selasa, 27 Juli 2021 | 19:58 WIB
BERDAMPAK PADA PENGHASILAN:Perpanjangan PPKM Level IV hingga 2 Agustus mendatang, membuat pengusaha hotel dan restoran mengeluh karena kurangnya penghasilan selama PPKM.
BERDAMPAK PADA PENGHASILAN:Perpanjangan PPKM Level IV hingga 2 Agustus mendatang, membuat pengusaha hotel dan restoran mengeluh karena kurangnya penghasilan selama PPKM.

TANJUNG REDEB – Diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV di Berau, membuat pengusaha hotel dan restoran mengelus dada. Pasalnya, selama PPKM jumlah pengunjung turun drastis sehingga berdampak pada penghasilan.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Berau, Yozzy mengatakan, masuknya Berau dalam status PPKM level IV, tentu berdampak besar bagi penghasilan pihaknya. Bahkan, berbagai keluhan khususnya pelaku usaha restoran kerap ia dengar.

“Rugi sekali tentunya. Saya rasa keputusan yang diberikan pemerintah tidak seharusnya diberlakukan di 13 Kecamatan,” katanya beberapa waktu lalu.

Ia pun meminta, agar pemerintah bisa membuat kebijakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Karena, setiap wilayah atau kecamatan tentu memilik penilaian yang berbeda. Dalam hal ini ada yang masuk zona merah, kuning dan hijau.

Berdasarkan itu, dirinya meminta agar satu kebijakan jangan disapu rata. Serta tidak tidak ada pembatasan waktu yang singkat. Terlebih menurutnya tutup di sekitar pukul 21.00 Wita, masih membuat pelaku usaha restoran rugi dan belum bisa memperoleh keuntungan.

“Biaya operasional untuk membuka per satu hari jadi lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang kami peroleh,” ungkapnya.

Lanjut Yozzy, pemerintah masih terlalu ‘abu-abu’ memberikan batasan tertentu. “Saya kira semua peraturan itu dipertimbangkan sesuai kondisi, daripada harus serentak dengan peraturan yang sama,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Harian PHRI Berau, Dede Anugrah menjelaskan, untuk sektor perhotelan masih harus bekerja keras.

“Ada penurunan okupansi rerata hotel-hotel di Berau sebanyak 50 persen. Yang tidak bisa bertahan terpaksa masih ada yang tutup,” jelas pria yang juga general manager salah satu hotel di Tanjung Redeb ini.

Diakui Dede, permintaan kamar memang cenderung ada, tetapi mereka yang menginginkan untuk isman setelah perjalanan. Tentu menurut Dede, hal ini susah, karena tidak semua hotel bisa menerima pasien isman.

“Tidak ada fasilitas pemerintah yang menjamin dan tidak mau mengambil risiko,” paparnya.

Ia menuturkan, stigma masyarakat, apabila hotel tersebut telah menerima pasien isoman, tentu akan jelek. Masyarakat jadi khawatir jika masih tertinggal virus tersebut di hotel. Ia menilai, tidak semua masyarakat paham akan situasi ini.

“Kalau hotel-hotel yang masih sanggup survive, pasti tidak mau menerima pasien isman, karena berisiko sekali,” ungkapnya.

Menurut Dede, saat ini pemerintah jika tidak memfasilitasi untuk hotel, lebih baik memberikan kesempatan pada sejumlah rumah makan untuk bekerja sama. “Ya misalkan rumah makan, sampai PKL itu saling sinergi lah, direkrut untuk katering untuk isman pasien, kan lebih terbantu,” pungkasnya. (hmd/arp)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X