TANJUNG REDEB - Selain menjaga terpapar dari bahaya Covid-19, Demam Berdarah Dengue (DBD) juga dinilai perlu diwaspadai oleh masyarakat. Hal itu ditegaskan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Berau, Garna Sudarsono, kemarin (18/9).
Dikatakan Garna, memasuki peralihan musim hujan, demam berdarah dengue pun mulai mengintai. Banyak yang kurang memperhatikan, padahal penyakit ini tak kalah berbahaya dengan Covid-19 yang sedang menjadi fokus masyarakat saat ini.
"Maka itu, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman demam berdarah. Salah satu cara mencegahnya, yakni dengan menerapkan 3M (menguras, menutup, dan mengubur)," ujarnya saat dikonfirmasi Berau Post.
Disebutnya, berdasarkan jumlah kasus hingga Agustus 2021, memang dinilai menurun. Tapi tidak menutup kemungkinan September ini meningkat, mengingat kondisi cuaca yang terjadi saat ini bisa memicu angka kasus DBD bertambah. "Dari data yang ada, tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan. Tapi dengan frekuensi hujan yang terjadi setiap hari, cenderung malah meningkat jika masyarakat tidak waspada," jelasnya.
Diterangkannya, munculnya penyakit DBD ini juga karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satunya dipicu adanya sampah-sampah yang menjadi media nyamuk berkembang biak. Terlebih baru-baru ini pihaknya juga melakukan fogging atau penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk. Kata Garna, cara itu dilakukan sebagai upaya mencegah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk.
"Fogging dilakukan setiap kali ada kasus. Artinya baru-baru ini terdapat kasus DBD lagi. Tahun ini memang belum ada kasus yang meninggal akibat DBD. Jadi data kasus yang ada itu hanya angka kesakitan. Temuan mayoritas di Kecamatan Tanjung Redeb," bebernya.
"Pada dasarnya tingkat kewaspadaan harus pada semua penyakit. Penyakit DBD ini tidak memilih, dewasa maupun anak-anak. Tetapi untuk tingkat bahaya lebih rentan kepada anak-anak. (mar/har)