Produksi Beras Naik, Jagung Turun

- Senin, 4 Oktober 2021 | 21:31 WIB
LUMBUNG BERAS: Dalam dua tahun ke depan, Kabupaten Berau diyakini bisa menjadi lumbung beras.
LUMBUNG BERAS: Dalam dua tahun ke depan, Kabupaten Berau diyakini bisa menjadi lumbung beras.

TANJUNG REDEB – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau menargetkan Berau menjadi lumbung beras mulai dua tahun ke depan. Hal itu seiring produksi beras Berau yang terus meningkat beberapa tahun terakhir.

Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Distanak Berau, Muhammad Saleh mengatakan, saat ini kebutuhan beras di Berau masih disuplai dari Pulau Sulawesi dan Jawa. Karena produksi beras di Berau yang belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pada tahun 2019, dirinya menerangkan produksi beras di Berau mencapai 10.768,144 ton, dengan luas tanam mencapai 3.476,9 Hektare. Sedangkan tahun 2020, mencapai 11.518,902 ton dengan luas lahan 3.774,3 hektare.

“Padi sawah memang ada peningkatan yang cukup bagus,” katanya kepada awak media ini. Selain padi sawah, di Berau juga disebutnya terdapat padi lading. Untuk padi ini dipanen sekali dalam setahun.

Pada 2019, lahan yang digunakan untuk padi ladang luasnya 6.260 hektare. Dengan hasil panen mencapai 27.407,16 ton. Sedangkan pada 2020, hasil panen menurun menjadi 19.400,608 ton. “Banyak yang gagal panen,” ungkapnya.

Di kabupaten paling Utara Kalimantan Timur ini, Saleh mengungkapkan terdapat beberapa kampung yang menjadi sentra penghasil beras. Di antaranya Kampung Semurut, Buyung-Buyung, Tasuk, Merancang Ulu dan Ilir. Kemudian ada Kampung  Bebanir Bangun, Tanjung Perangat, Gurimbang, Labanan Jaya dan Tumbit Melayu. “Kalau untuk padi ladang, banyak di daerah Kelay,” katanya.

Banyaknya kampung yang menjadi sentra penghasil beras ini, dijelaskannya karena komoditi strategis. Karena itu, pihaknya berusaha meminta bantuan dari Kementerian Pertanian, agar Berau ke depannya bisa menjadi sentra penghasil beras.

“Arahnya ke situ (sentra penghasil beras, red). Berau juga dibantu padi ladang, yang satu kali panen dalam satu tahun. ,” ucapnya.

Sementara itu, di sisi lain untuk komoditi jagung, dirinya mengatakan Berau telah surplus. Bahkan, hasil jagung Berau telah diekspor ke luar daerah, yakni Samarinda, Balikpapan, hingga ke Kalimantan Selatan. 

Meski pun dalam dua tahun terakhir sejak 2019, produksi jagung mengalami penurunan signifikan. Yakni pada 2019 mencapai 75.515,457 ton. Sedangkan pada 2020 mencapai 52.428 ton. “Iya turun mencapai kurang lebih 23 ton,” ungkapnya.

Terjadinya penurunan tersebut menurutnya karena adanya pandemi Covid-19. Sehingga mempengaruhi hasil panen jagung di Bumi Batiwakkal. Di awal pandemic, memang tidak berpengaruh, namun, setahun setelah pandemi, banyak petani jagung yang mengeluh.

“Jagung memang mengalami kenaikan sejak empat bulan terakhir. Harganya kini mencapai Rp 4.000 ribu per kilogram. Ini sempat membuat para peternak ayam petelur mengeluh,” paparnya.

Untuk sentra jagung sendiri, di Berau  terbesar di kawasan pesisir Berau, seperti Bidukbiduk, Talisayan, dan Tabalar Ulu dan juga Harapan Maju.

Wilayah pesisir Berau, menurutnya memang merupakan daerah penghasil jagung. Bahkan dari luar daerah, langsung mengambil jagung dari beberapa kampung. “Meskipun hasil panen menurun, namun kita tetap ekspor jagung,” paparnya. (hmd/arp)

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X