TANJUNG REDEB – Terus meningkatnya produksi kakao setiap tahun dan diiringi kualitasnya yang baik, membuat kakao menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Berau.
Menurut data dari Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalimantan Timur, angka produksi kakao meningkat perlahan. Mulai dari 600 kilogram (kg)/hektare tahun 2018, dan 750 kg/hektare pada 2021. Luasan kebun kakao pun turut bertambah, hingga mencapai 3.200 hektare pada 2021.
Menurut Maria Ulfa, Analis Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan, Disbun Berau, bukti keunggulan dari kualitas kakao Berau, dengan masuknya delapan besar biji kakao yang lolos seleksi Indonesian National Cocoa of Excellence 2021 dari 58 biji kakao se-Indonesia.
Delapan kakao itu, saat ini sedang berkompetisi dalam ajang bergensi Cocoa of Excellence di Paris, Prancis. “Kita cukup bangga, kakao Berau masuk delapan besar,” ujarnya.
Ia menjelaskan, rantai pasokan kakao di Berau berada di beberapa kampung. Di antaranya Kampung Long Lanuk, Merasa, Muara Lesan, Lesan Dayak, Long Beliu hingga Sidobangen di Berau.
“Kampung Merasa salah satu sentra perkebunan kakao terbesar di Berau,” ujarnya.
Di sisi lain, kampung yang berada di Kecamatan Kelay itu, disebut Maria, bisa memproduksi kakao lebih banyak lagi. Seiring lahan pertanian yang cukup luas, yakni 470 hektare dan jumlah produksi yang masih 0,6 ton per hektare. “Potensi lahannya cukup menjanjikan,” ungkapnya.
Selain itu, jika dilihat dari berbagai aspek, ia juga menyebut, kesuburan lahan dan produktivitas petani di Kampung Merasa cukup baik. Sehingga pihaknya pun berusaha memacu agar para petani setempat, mampu menghasilkan biji kakao berkualitas dan banyak. “Salah satunya adalah peremajaan kakao,” tuturnya. (hmd/arp)
