Tak Menyerah walau Perahu Sempat Terbalik

- Rabu, 10 November 2021 | 16:16 WIB
DEBUTAN DI PON: Sarmila menunjukkan medali emas yang diperolehnya di PON XX Papua.
DEBUTAN DI PON: Sarmila menunjukkan medali emas yang diperolehnya di PON XX Papua.

Sempat diragukan karena insiden perahu terbalik. Sarmila justru membuktikan dirinya mampu mempersembahkan medali emas untuk kontingen Kaltim di PON XX Papua, beberapa waktu lalu.

 

SUMARNI, Tanjung Redeb

 

Sarmila menjadi satu dari sekian atlet Berau yang tampil apik di ajang PON XX Papua. Sarmila berhasil mempersembahkan medali pertamanya di Class Optimist Putri.

Meski di Papua merupakan PON debutannya, Sarmila rupanya memiliki pengalaman yang tak akan terlupakan. Sekaligus menjadi pengalaman yang berkesan saat ambil bagian di ajang tersebut. 

Bagaimana tidak, saat menjalani race, Sarmila mengalami insiden. Perahunya terbalik. Sehingga membuat para pelatih dan rekan-rekannya ragu bahwa dirinya mampu menyumbangkan medali untuk Kaltim.

Namun Sarmila tak menyerah. Dia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia bisa mendahului lawan-lawannya, hingga akhirnya finis pertama.

Tak mudah sebenarnya bagi Sarmila bisa memenangkan perlombaan saat itu. Karena dari terbaliknya perahu, membuat poinnya dengan lawannya terlampau jauh. Tetapi, pada race hari kedua, kesalahan yang dilakukan mampu diperbaikinya. Hingga pada hari berikutnya, posisi Sarmila terus membaik, bahkan konsisten berada di posisi pertama. 

"Jadi poin saya dengan lawan jauh, tapi hari kedua sudah perbaiki dan bisa naik ke peringkat satu. Kemudian hari ketiga bagus lagi dan tetap peringkat satu," ujar perempuan berhijab ini.

Beban sebenarnya bagi Sarmila adalah, tidak ingin membuat kecewa orang-orang yang selama ini mendukungnya. Untungnya, beban tersebut mampu dijadikannya sebagai motivasi untuk tampil maksimal di race selanjutnya.

"Motivasi itu yang membuat saya percaya diri. Karena tidak ingin mengecewakan orang-orang, ibu manajer, Pak Teddy, orangtua, dan teman-teman," ucap perempuan kelahiran 2006 itu.

Tantangan lainnya, seperti yang disampaikan rekan-rekannya. Bahwa embusan angin di Papua sangat berbeda dibandingkan angin di tempat pemusatan latihan yang berada di perairan Tanjung Batu. Sehingga memaksa dirinya untuk berusaha keras bisa mengatasi angin kencang di Pantai Hamadi Jayapura, Papua. "Perbedaan kondisi di Papua dan di sini (Tanjung Batu), dari angin dan gelombang. Anginnya kencang, gelombang juga kencang," terangnya.

Selain itu, masalah yang juga membuatnya harus berjuang keras adalah berat badannya yang tidak mampu mengimbangi kondisi perahunya. Sehingga cara terbaik untuk mengatasinya dengan memiliki teknik dan memilih strategi yang pas. “Karena atlet-atlet daerah lain memiliki porsi badan yang kecil, jadi perahu mereka bisa lebih laju. Berat badan saya dari 58 Kg hanya bisa turun jadi 52 Kg saja. Idealnya, berat badan kita harus 45 Kg. Jadi berat badan itu yang menjadi kendala juga sebenarnya," bebernya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X