Pemkab Berburu Investor

- Minggu, 14 November 2021 | 19:44 WIB
NILAI TAMBAH: Dinas Perkebunan Berau harapkan ada industri hilirisasi di Berau untuk memberikan nilai tambah minyak sawit mentah.
NILAI TAMBAH: Dinas Perkebunan Berau harapkan ada industri hilirisasi di Berau untuk memberikan nilai tambah minyak sawit mentah.

TANJUNG REDEB - Dinas Perkebunan Berau mewacanakan untuk mendorong adanya industri pengolahan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di Kabupaten Berau, agar produksinya tidak perlu dikirim ke luar daerah lagi.

Menurut Kasi Pengelolaan Pasca Panen dan Pemasaran Dinas Perkebunan Berau, Sopian Rodi, perlunya ada industri hilirisasi di Berau untuk memperkuat nilai tambah produk mentah. Tapi memang  untuk membangun industri tersebut  banyak pertimbangan dan harus digarap dengan baik.

"Itu juga agar investor nantinya tidak merasa merugi, begitu juga pemanfaatannya bagi masyarakat," ujarnya.

Meski dirasa tak mudah untuk merealisasikan wacana tersebut,  pihaknya tetap mendorong karena dampak positifnya bisa turut menguntungkan Kabupaten Berau.

"Misalkan nanti dibuat industrinya di Mangkajang. Tapi itu kan masih sebatas harapan kami, kita belum tahu nanti ke depannya seperti apa," tuturnya.

Di sisi lain diakui Sopian, harga minyak sawit mentah periode 10 November diakui masih masuk dalam harga rerata tertinggi. Sesuai data Dinas Perkebunan Berau, per Oktober hingga November 2021, harga sawit mencapai Rp 12.268 per kilogram (kg), yang sebelumnya hanya mencapai Rp 11.436 per kg pada September 2021.

Sopian menjelaskan, harga tersebut sudah diatur dalam rapat penetapan harga pembelian tandan buah segar (tbs) kelapa sawit produksi perkebunan yang bermitra.

“Harganya memang menunjukkan paling tertinggi, mengikuti dengan harga tbs yang juga melonjak, biasanya rerata CPO bisa berada di bawah Rp 10.000 per kg,” jelasnya.

Pengaturan harga tersebut juga disepakati oleh 12 perusahaan pada sektor perkebunan sawit yang menghasilkan CPO di Kabupaten Berau. Meskipun, harga sebenarnya hanya menjadi acuan rerata. "Bisa saja perusahaan dapat menjual hasil CPO jauh lebih tinggi, sesuai dengan baku mutu dan kondisi pasar," katanya.

Terlebih dijelaskannya bahwa, bahan baku CPO saat ini sangat diperlukan dan permintaan cenderung meningkat. Mengingat beberapa harga produksi dari turunan CPO juga ikut meningkat, seperti minyak goreng.

Harga juga tambahnya tergantung harga operasional dan mutunya. Bisa berbeda sesuai pertimbangan perusahaan. "Tapi kami mengimbau agar sesuai dengan harga yang disesuaikan dengan pemerintah,” tegasnya.

Diakui Sopian, meski tak dijelaskan secara rinci untuk hasil produksi CPO setiap bulannya, disebutnya hasil  cenderung fluktuatif mengikuti kualitas tbs. (mar/sam)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X