Mendidik Anak dengan Cinta

- Sabtu, 20 November 2021 | 19:55 WIB
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah

TANGGAL 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia. Penetapan tanggal tersebut menandakan pentingnya memperingati eksistensi anak di seluruh dunia. Sejarah mencatat, anak dan perempuan menjadi dua entitas yang banyak terdampak dan menjadi korban setiap kali ada peperangan dan pertumpahan darah.

Karenanya pada tahun 1954, tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Anak Universal. Perkembangan selanjutnya, momentum ini digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membuat deklarasi hak-hak anak. Mengapa penting untuk menekankan hak-hak anak? Sebab sering kali anak dipandang sebagai entitas lemah dan dilemahkan oleh sistem. Anak dipaksa untuk sesuai dengan kehendak orang tua atau lingkungannya, tanpa mempertimbangkan suara dari sang anak.

Islam pun menekankan hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtua. Contohnya memberikan nama yang baik kepada sang buah hati agar menjadi doa yang baik untuk sang anak. Selain itu, anak juga perlu mendapatkan kasih sayang. Hal ini menjadi hak esensi bagi setiap anak, bahkan setiap manusia. Tidak ada manusia yang enggan mendapatkan kasih sayang. Namun realitanya justru berbicara hal yang berbeda.

Data dari Sistem Informasi Online-Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Simfoni-PPA) menyebutkan korban kekerasan berdasarkan usia yang terbanyak adalah usia 13-17 tahun sebanyak 6.181 kasus, 6-12 tahun ada 3.281 kasus dan 0-5 tahun sejumlah 1.350 kasus. Memang miris melihat kasus tersebut, sebab usia 17 tahun ke bawah adalah usia produktif sekaligus paling rentan mengalami kekerasan. Sedangkan untuk Propinsi Kalimantan Timur ada 314 korban kekerasan yang dialami oleh anak.

Data tersebut tentu bukan sekadar isapan jempol semata. Terlebih di era pandemi saat ini, kekerasan terhadap anak kian terbuka lebar. Bahkan kekerasan yang dialami di dunia maya. Berbagai penelitian menyebutkan anak sangat sering mendapatkan pengalaman kekerasan, pelecehan seksual dan perundungan di dunia maya.

Kasus demi kasus tersebut harusnya membuka mata kita bahwa kehidupan anak perlu diselamatkan. Mereka tidak boleh dibiarkan tenggelam dalam kehidupan maya dan menjadi korban kekerasan yang tak berkesudahan. Di sinilah penting untuk menggagas pendidikan anak berbasis cinta. Pendidikan bukan sebatas transfer of knowledge (menyampaikan pengetahuan) tetapi juga transfer of love (memberikan cinta). Pendidikan bukan didasarkan pada pemaksaan untuk tunduk tetapi kesadaran dan ketulusan untuk merunduk.

Pendidikan dengan cinta juga akan melahirkan anak-anak yang dapat mencintai orang lain. Dorothy Law Nolte seorang konselor keluarga dan penulis dari Amerika, pernah mengatakan, “Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan”. Nabi Muhammad pun dalam satu kesempatan ketika ditegur oleh seseorang karena mencium putranya, beliau mengatakan, “man laa yarham laa yurham”, siapa yang tak menyayangi, ia tak akan disayangi.

Anak yang dibesarkan dengan minim kasih sayang akan tumbuh menjadi pribadi yang sulit mengaktualisasikan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Ini dinamakan dengan deprivasi terselubung. Tatkala orang tua sibuk bekerja, tidak sempat memperhatikan sang buah hati, maka anak tumbuh menjadi sosok yang mudah cemas, rendah diri, kesepian, cenderung melawan orang tua, dll.

Lebih lanjut, menurut James Coleman, kekurangan kasih sayang adalah communicable disease (penyakit menular). Maksudnya adalah ketika anak tidak merasakan cinta dari orang terdekatnya, maka dia pun tidak akan bisa membagikan cinta kasih kepada teman-teman di sekitarnya. Parahnya lagi, anak yang tumbuh dengan budaya kekerasan, menjadi korban kekerasan, maka ia pun akan mencontoh dan menjadi pelaku kekerasan di masa mendatang.

Padahal, tiap anak memiliki potensi yang luar biasa jika orang tua berhasil mengembangkannya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Dr.Romelah yang merupakan Dosen Teori Pendidikan Islam prodi PAI Pascasarjana Universitas Muhammadiyah bahwa setidaknya ada 8 potensi yang dimiliki oleh anak, yaitu panca indera, akal pikiran, ilmu pengetahuan, iman, agama, suara hati, bakat dan minat, serta hawa nafsu. Hal tersebut harus dikembangkan dengan penuh kasih sayang agar anak dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.

Oleh karena itu, pendidikan berbasis cinta penting untuk dikembangkan karena beberapa alasan. Pertama, cinta adalah manifestasi dari sifat ketuhanan. Dalam Islam, sifat Allah yang utama adalah rahman dan rahim, welas asih, kasih sayang. Karenanya sikap mencintai adalah cerminan dari sifat Ilahi yang asasi. Sedangkan kebencian adalah cerminan dari kuasa iblis yang tersemat di dalam hati.

Kedua, pendidikan dengan cinta mensyaratkan keteladanan dari orang tua. Pendidikan dengan keteladanan ini sangat penting untuk diimplementasikan. Sebab anak akan meniru orang tua dan lingkungan sekitar. Jika lingkungan sekitar adalah lingkungan yang baik, maka anak tumbuh menjadi pribadi yang baik pula.

Ketiga, mendidik anak dengan cinta berarti melihat anak sebagai entitas manusia yang setara dengan yang lainnya. Orang tua posisi hirarkinya tidak berada di atas sang anak sehingga bisa memaksa dan semena-mena, namun orang tua setara dengan anak dan dapat membimbing anaknya. Di saat yang sama, orang tua tidak perlu sungkan belajar dari sang anak. Boleh jadi ada hal-hal baru yang diketahui anak dan luput dari orang tua. Di sinilah falsafah “Semua guru, semua murid” yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi penting untuk direfleksikan.

Akhirnya melalui peringatan Hari Anak Sedunia ini, mari kita putus mata rantai kekerasan, khususnya kekerasan pada anak. Sebab anak akan menjadi penerus peradaban bangsa. Anak yang dibesarkan dengan kekerasan hanya akan menjadikan mereka produsen kekerasan baru yang biadab. Mari kita ciptakan generasi cinta kasih agar negeri ini bisa dibangun secara bermartabat dan beradab. (*)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bendungan Marangkayu Sudah Lama Dinanti Warga

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:45 WIB
X