Pedagang di Lokasi Wisata Diingatkan, Jangan Ada ‘Kalkulator Rusak’

- Rabu, 8 Desember 2021 | 22:00 WIB
CANTUMKAN HARGA: Suasana permukiman masyarakat di Kampung Pulau Derawan yang mayoritas turut menjadi pelaku UMKM.
CANTUMKAN HARGA: Suasana permukiman masyarakat di Kampung Pulau Derawan yang mayoritas turut menjadi pelaku UMKM.

TANJUNG REDEB – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Masrani, meminta semua pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berada di kawasan wisata, jangan memanfaatkan situasi, untuk menaikkan harga produk yang dijual, termasuk para pelaku usaha makanan dan minuman. 

Menurutnya, hal ini bisa membuat wisatawan ‘kapok’ untuk datang kembali ke Berau, karena harga yang berbeda-beda, khususnya di setiap warung makan. Tentu, ini juga akan berpengaruh kepada pendapatan mereka.

“Jangan sampai untung hanya sekali, tapi ke depannya tidak ada pemasukan lagi,” katanya kepada Berau Post (7/12)Diakui Masrani, praktik tersebut masih ditemukannya di lokasi-lokasi wisata yang ada di Berau. Yakni ada saja oknum pedagang nakal yang memainkan harga. Sehingga, mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi.

“Janganlah seperti itu, hitung yang benar, jangan jadi ‘kalkulator rusak’,” katanya. Dirinya meminta setiap pelaku UMKM, khususnya yang menjajakan makanan dan minuman, bisa mencantumkan harga di buku menunya. Hal itu diakuinya, masih menjadi pekerjaan rumah bagi Disbudpar Berau. Hal ini guna menghindari terjadinya kesalahpahaman, antara pembeli dan penjual. 

“Ini (mencantumkan harga) yang masih belum diterapkan oleh pelaku UMKM kita di berbagai tempat wisata di Kabupaten Berau,” katanya. Padahal lanjut Masrani, soal transparansi harga sudah sering kali disampaikan kepada pelaku UMKM di berbagai tempat wisata. Seperti Pulau Derawan, Maratua, Bidukbiduk, dan berbagai tempat wisata lainnya.

“Kadang-kadang, orang sudah selesai makan, begitu mau bayar kaget. Karena harganya kurang wajar. Ini akan menjadi keluhan, dan bisa saja menjadikan citra buruk juga untuk tempat wisata itu,” jelasnya.

Masrani menjelaskan, keadaan seperti ini harus bisa diubah, agar wisatawan bisa datang kembali, keuntungan juga didapatkan pedagang. Jangan sampai, karena satu orang berbuat, semua terdampak. Hal ini tentu menjadi stigma buruk. “Misal di warung A harganya sekian, namun di warung B sekian, perbedaan harga ini harus disamaratakan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk memahamkan hal tersebut, pihaknya akan kembali melakukan sosialisasi mengenai transparansi harga kepada pelaku UMKM di lokasi pariwisata. Agar setiap rumah makan, maupun pedagang kuliner dapat mencantumkan harga setiap item menu yang ditawarkan. “Setiap harga yang ditulis di menu yang dijual, menjadi informasi bagi pengunjung,” pungkasnya. (hmd/udi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X