TANJUNG REDEB – Kasus gizi buruk di Kabupaten Berau pada tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2020 lalu tercatat 26 kasus, di tahun 2021 kasus jauh menurun, yakni hanya 5 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Iswahyudi mengatakan, munculnya kasus gizi buruk disebabkan oleh banyak sebab. Salah satunya kelebihan asupan nutrisi. Karena itulah penting untuk menjalankan diet gizi seimbang, untuk menjaga kadar nutrien yang cukup di dalam tubuh. “Masih ada lagi beberapa faktor lainnya yang mendukung terjadinya gizi buruk,” katanya.
Faktor lainnya yang membuat balita mengalami gizi buruk, disebutnya kurang makan, hingga pola makan balita yang tidak teratur. Sehingga bisa memicu masalah pencernaan dan malnutrisi. “Fasilitas layanan dasar buruk juga bisa menjadi penyebab. Sejumlah layanan dasar, misalnya sanitasi, yang buruk juga bisa memicu masalah gizi,” ujarnya.
Bagi balita, gizi buruk akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatannya. Karena akan menghambat perkembangan balita. “Untuk melancarkan pertumbuhan anak, diperlukan diet seimbang dengan nutrisi seperti vitamin, kalsium, zat besi, lemak, protein, dan karbohidrat,” tuturnya.
Lanjut Iswahyudi, diagnosis yang tepat pada masalah balita gizi buruk penting untuk mencegah konsekuensi yang lebih berat pada masa mendatang. Ketika diketahui ada tanda gizi buruk, balita segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam prosesnya, pengobatan balita gizi buruk bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih pada tahap awal. Bila sudah terlalu berat, masalah gizi itu mesti ditangani di rumah sakit. Sedangkan pengobatan di rumah sakit membutuhkan obat-obatan dan suplemen bagi balita. Bila balita tak bisa makan sendiri, diperlukan infus. Selain itu, perawatan dan pengawasan secara intensif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan pada kasus gizi buruk balita yang lebih parah.
“Untuk mencegah masalah gizi ini, para orangtua diharapkan menerapkan pola makan diet seimbang pada anak dan memastikan layanan dasar mereka tercukupi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Berau, Peri Kombong mengapresiasi upaya semua pihak yang berhasil menekan kasus gizi buruk di Kabupaten Berau. Mulai dari Dinkes, Puskesmas, Pustu hingga posyandu yang sudah cukup maksimal.
“Tapi dengan adanya gizi buruk, ini masih menjadi atensi. Apakah kondisi ekonomi masyarakat, atau seperti apa. Ini yang perlu diselidiki. Peran Pemkab cukup baik, untuk menganani gizi buruk,” tuturnya.
Meskipun begitu, Politikus Gerindra ini meminta, agar permasalahan gizi buruk terus menjadi perhatian khusus. Bahkan, ia berharap agar ke depannya Kabupaten Berau berhasil meraih nol kasus gizi buruk. “Kalau dari presentasi cukup bagus mengalami penurunan. Kita inginkan zero kasus,” tegasnya.
Karenanya, Dinas Kesehatan pun masih memiliki pekerjaan rumah untuk menuntaskan persoalan ini. Dengan menginstruksikan posyandu bersama kepala kampung, mendata balita yang timbangannya di bawah normal. Kemudian pemantauan gizi selama 10 hari berturut-turut dalam tiga bulan. “Saya yakin, Berau bisa bebas dari gizi buruk,” pungkasnya. (hmd/arp)