Naik Ratusan Persen

- Kamis, 13 Januari 2022 | 20:02 WIB
CAGAR BUDAYA:  Museum Batiwakkal Gunung Tabur merupakan salah satu dari empat cagar budaya yang mendapat gelontoran dana dari Pemkab Berau untuk biaya perawatan.
CAGAR BUDAYA: Museum Batiwakkal Gunung Tabur merupakan salah satu dari empat cagar budaya yang mendapat gelontoran dana dari Pemkab Berau untuk biaya perawatan.

TANJUNG REDEB – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau menaikkan anggaran untuk empat cagar budaya di Bumi Batiwakkal-sebutan Kabupaten Berau. Kenaikkan pun mencapai ratusan persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun ini, Pemkab Berau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau telah menganggarkan Rp 735 juta untuk empat cagar budaya di Berau. Yaitu Museum Batiwakkal di Gunung Tabur, kediaman putri Kesultanan Gunung Tabur, Keraton Sambaliung dan Museum Siraja di Teluk Bayur.

Kepala Seksi Permuseuman dan Pengelolaan Cagar Budaya, Disbudpar Berau, Arbayah mengatakan pada tahun lalu pihaknya hanya mendapat anggaran Rp 100 juta untuk empat cagar budaya tersebut. Namun, tahun ini meningkat hingga Rp 735 juta yang dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau.

“Memang ada kenaikan, karena ini untuk memajukan cagar budaya Berau juga. Sesuai nawa cipta bupati Berau,” katanya kepada Berau Post.

Meski begitu, dirinya menyebut belum memastikan alokasi anggaran untuk setiap cagar budaya. Hanya saja, yang pasti akan disesuaikan dengan kebutuhan cagar budaya masing-masing.

Nantinya, anggaran itu akan dimanfaatkan untuk perawatan cagar budaya. Seperti pergantian karpet hingga kayu-kayu yang sudah lapuk. “Kalau pemugaran total tidak bisa. Karena itu akan merubah bentuknya,” ujar.

Dengan biaya perawatan yang besar, Arbayah menginginkan empat cagar budaya di Berau bisa terus menarik minat wisatawan untuk datang. “Kita kembali geliatkan wisatawan datang ke Berau sini,” tuturnya.

Lebih lanjut, lokasi cagar budaya yang berada di wilayah sekitar perkotaan, diharapkannya mampu membuat wisatawan yang ingin ke pulau untuk ‘singgah’ di Tanjung Redeb. Baik itu sehari atau dua hari. Sembari menikmati wisata kota dan cagar budaya yang ada.

“Wisatawan sebelum atau sesudah dari berlibur ke pulau, bisa bersantai di Tanjung Redeb. Kami akan arahkan mereka ke museum ataupun keraton. Akan dikenalkan mereka sejarah Berau,” jelasnya.

Apalagi selama ini, masih banyak orang yang belum mengetahui sejarah panjang dari Kabupaten Berau. Mulai dari kerajaan Berau, hingga menjadi dua kesultanan yakni Gunung Tabur dan Sambaliung. Begitu pula dengan sejarah Teluk Bayur. Hal ini tentu menarik untuk dipaparkan kepada wisatawan yang datang.

“Masih banyak benda-benda kuno yang dipakai oleh para sultan dulunya tersimpan rapi. Bukti foto-foto para pemimpin dulunya, masih ada semua,” katanya.

Untuk diketahui, Museum Batiwakkal sendiri dibangun pada tahun 1990 dan dibuka untuk umum pada tahun 1992. Museum ini juga merupakan renovasi ulang dari bentuk asli Keraton Gunung Tabur. Sedangkan untuk Keraton Sambaliung didirikan pada 1930. Sementara Museum Siraja yang berada Jalan Kampung Cina, Gang Lima yang baru diresmikan pada 17 Juni 2015.

“Banyak bukti sejarah yang bisa dipelajari pada ketiga tempat ini. Termasuk rumah putri Kesultanan Gunung Tabur,” pungkasnya. (hmd/arp)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X