TANJUNG REDEB – DPRD bersama Pemkab Berau dan Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog), melakukan hearing terkait pemasaran beras local, beberapa waktu lalu.
Dari hearing tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distenak) Berau Mustakin, mengakui bahwa kualitas beras lokal masih kurang memuaskan dan dinilai kurang baik, jika dibandingkan dengan beras luar daerah. “Memang masih kurang bagus beras lokal kita,” ujarnya kepada Berau Post.
Dari data pihaknya, hanya beras yang dihasilkan petani Kampung Buyung-Buyung dan Semurut saja yang bisa mendekati kualitas beras luar. Selain beras dari dua kampung tersebut, belum ada beras lokal lain yang berkualitas baik, walau pihaknya telah memberikan dukungan penyaluran bibit unggul.
“Karena kontur tanah yang berbeda, menyebabkan kualitas hasil panen menurun meski bibit yang digunakan sama,” ungkapnya.
“Ini yang membuat Berau masih mendatangkan (beras) dari luar,” sambungnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk meningkatkan produktivitas pertanian, diakuinya memang belum bisa didukung semuanya. Karena besarnya kebutuhan alat pertanian yang merupakan satu rangkaian, dimulai saat pra panen, waktu panen hingga pascapanen. Itu juga akan ditingkatkan. Selain itu, generasi muda juga akan tertarik jika sistem pertanian telah modern. “Karena jika masih memakai sistem cangkul, lalu panen menggunakan manual, maka saya yakin para anak muda akan lari,” terangnya.
Untuk itu, pihaknya akan memulai proses peningkatan kualitas beras lokal, yang dimulai dari Kampung Buyung-buyung dan Semurut. Alat-alat pertanian modern juga sudah ada di dua kampung itu, mekanisasi alat berat juga telah diterapkan. Namun masih memiliki kekurangan pada proses pengeringan gabah. Masyarakat masih menggunakan cara manual untuk mengeringkan gabah mereka. Yakni dengan cara menghampar di pinggir jalan, sehingga bercampur dengan kerikil. “Untuk alat pengering tersebut cukup mahal, yakni kisaran Rp 1 miliar,” terangnya.
Kondisi itu juga membuat Berau masih membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai swasembada pangan. Apalagi jika tidak ada regenerasi petani. “Di tengah keterbatasn dan tantangan yang ada, kita akan terus berusaha mencapai swasembada pangan,” pungkasnya. (aky/udi)