Puting Beliung Hantam 8 Rumah di Talisayan, Nelayan Diminta Kurangi Aktivitas di Laut

- Selasa, 8 Februari 2022 | 19:37 WIB
HANCUR: Salah satu rumah warga di RT 7, Kampung Bumi Jaya, hancur akibat terjangan puting beliung,  Senin (7/2) sekira pukul 11.30 wita
HANCUR: Salah satu rumah warga di RT 7, Kampung Bumi Jaya, hancur akibat terjangan puting beliung, Senin (7/2) sekira pukul 11.30 wita

TANJUNG REDEB — Angin puting beliung yang terjadi Senin (7/2) sekira pukul 11.30 Wita, menghantam dua RT di Kampung Bumi Jaya, Kecamatan Talisayan. Akibat kencangnya angin tersebut, tujuh rumah rusak ringan, dan satu rumah rusak berat.

Menurut Camat Talisayan, Ahmad Jufri, yang dikonfirmasi (7/2), saat kejadian sebagian warga memang berada di dalam rumah, karena sejak pagi hujan mengguyur kawasan tersebut. Dan sekira pukul 11.20 Wita, warga mendengar gemuruh dari luar rumah. Setelah dicek, ternyata angin dengan kecepatan tinggi dari arah laut, menuju ke darat menghantam rumah warga satu persatu.“Kejadiannya di RT 5 dan 7,” ujarnya.

Dijelaskan Ahmad Jufri, pada saat hujan deras, tiba-tiba awan hitam membentuk pusaran angin, dan langsung menerjang rumah warga dengan kecepatan tinggi. “Di wilayah RT 7 itu ada 5 rumah, dan RT 5 ada 3 rumah yang jadi korban," jelasnya.

Menurut keterangan Ahmad Jufri, kejadian ini sudah dua kali terjadi. Yang pertama yakni pada tahun 2012 silam. Namun saat itu, angin datang dari arah darat menuju ke laut, berbalik dengan kejadian kali ini.

Sementara itu, Kepala kampung Bumi Jaya, Imam Subagyo, yang juga turut menjadi korban keganasan angin tersebut menuturkan, warga yang tengah bersantai di rumah terkejut melihat angin dengan kecepatan kencang. Warga yang panik berusaha menyelamatkan diri. Bahkan menurutnya, ada warga yang bersembunyi di bawah meja untuk menghindari runtuhan. “Anginnya kencang betul. Alhamdulillah tidak ada korban,” katanya.

Ia melanjutkan, warga yang rumahnya menjadi korban, bergotong-royong mencari atap rumah mereka yang terbang terbawa puting beliung tersebut, dan melakukan perbaikan. Namun bagi warga yang rumahnya dalam keadaan rusak, mereka mengungsi di rumah kerabatnya.

“Kami langsung gotonh-royong memasang atap rumah warga,” tambahnya.

Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Kimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Tekad Sumard,i mengaku belum monitor kejadian angin puting beliung yang terjadi di Talisayan. Namun, jika melihat cuaca saat ini, kemungkinan hal itu terjadi. Meskipun saat ini La Nina pada Februari mengalami penurunan.

“Jadi Oktober hingga Desember 2021 lalu, puncaknya La Nina, Januari dan Februari menurun,” katanya.

Kemudian, pada Maret hingga April, angin kencang dan gelombang tinggi akan kembali terjadi, karena kembali memasuki puncak La Nina.

Tekad menuturkan, terjadinya puting beliung di Talisayan, diduga terjadi karena adanya awan cumulonimbus (Cb) yang merupakan awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, yang terkait dengan badai petir, serta cuaca dingin yang lain. Cumulonimbus lebih dikenal sebagai awan petir, selain itu cumulonimbus merupakan satu-satunya jenis awan yang dapat menghasilkan hujan es, guntur dan kilat.

“Jadi potensi puting beliung itu memang cukup besar terjadi pada daerah pesisir,” ujarnya.

Ia pun mengimbau warga dan nelayan agar tidak melaut terlebih dahulu. Karena angin kencang dan gelombang tinggi berpotensi menerjang wilayah laut Berau, terlebih untuk daerah pesisir.“Kurangi dulu aktivitas melaut,” pungkasnya. (hmd/har)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Arus Mudik Laut di Samarinda Belum Meningkat

Jumat, 29 Maret 2024 | 20:00 WIB

Bendungan Marangkayu Sudah Lama Dinanti Warga

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:45 WIB
X