Semakin Sejahtera Berkat Kegigihan Usaha

- Kamis, 24 Maret 2022 | 19:28 WIB
DAMPINGAN: Nicolas Jumin didampingi salah satu rekannya yang tergabung di kelompok tani, berfoto bersama perwakilan PT Berau Coal di kebun kakao miliknya.
DAMPINGAN: Nicolas Jumin didampingi salah satu rekannya yang tergabung di kelompok tani, berfoto bersama perwakilan PT Berau Coal di kebun kakao miliknya.

Para petani sedang gencar-gencarnya memaksimalkan potensi perkebunan kakao di Kabupaten Berau. Salah satunya Nicolas Jumin, seorang petani kakao asal Kampung Suaran, Kecamatan Sambaliung. Ia kini bersemangat mengembangkan tanaman kakao di kebunnya.

SUMARNI, Tanjung Redeb

NICOLAS, mulai menggeluti pekerjaannya sebagai petani kakao sejak tahun 2005 silam. Kakao dianggapnya sebagai penopang ekonomi demi kesejahteraan keluarganya. Dimulai dengan nekat, ia mengembangkan kakao di kebunnya secara perorangan. Hanya bermodalkan semangat dan tekad yang kuat serta percaya diri yang tinggi.

"Ceritanya waktu itu hanya modal nekat saja, sambil nanya-nanya ke teman-teman yang sudah duluan menanam," ujarnya saat ditemui di kebun kakao miliknya, kemarin (23/3).

Meski demikian, berbagai macam kendala dan kesulitan pun tak terhindarkan, ketika dirinya baru menanam kakao. Mulai dari segi pemeliharaan, serta bagaimana perlakuan terhadap kakao sebelum dan sesudah panen. Selain itu, bagaimana cara mengantisipasi berbagai penyakit dan hama yang menyerang. Itu semua juga masih belum dipelajarinya betul cara mengatasinya. Termasuk pemilihan pupuk yang baik untuk pertumbuhan biji kakao. 

"Saat itu belum tahu persis bagaimana  cara untuk bisa menghasilkan biji kakao berkualitas baik," katanya.

Bahkan diakuinya, dulu ketika setiap panen tiba, satu pohon kakao di kebunnya rata-rata paling banyak hanya menghasilkan 30 buah saja. Hasil itu memang menurutnya masih terbilang sedikit dari seharusnya.

Namun, Nicolas meyakini, kalau kakao ini  sesuai dengan kebutuhan pasar. Menurutnya, kakao menjadi pilihan para petani, karena memiliki peluang yang cukup baik. "Maka dari  itu saya tetap berusaha konsisten untuk membudidayakan kakao ini, meski yang dihasilkan awalnya tidak seberapa," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, serta proses panjang yang telah dilaluinya, buah hasil kerja Nicolas pun kini dirasakannya, sudah berdampak lebih baik dari sebelumnya. Tak lain berkat program pendampingan dari PT Berau Coal kepada para petani kakao di Suaran. Perubahan yang nampak terlihat jelas, yakni pada jumlah kakao yang dihasilkannya kini.

"Dibandingkan dulu, sekarang per pohonnya sudah bisa menghasilkan 300 buah kakao," bebernya.

Dijelaskannya, sejak hadirnya PT Berau Coal pada tahun 2010 lalu, petani  kakao di Suaran sangat dicerahkan dengan berbagai pengetahuan yang diterapkan kepada para petani. Salah satunya adalah bimbingan secara rutin setiap bulan. Tim PT Berau Coal memberikan arahan kepada petani, tentang pemeliharaan, perlakuan, sampai kepada masa panen.

"Banyak ilmu pengetahuan yang kami pelajari. Mulai dari tata cara budidaya kakao, serta pelatihan mengelola kebun kakao diberikan oleh PT Berau Coal," tuturnya.

Bagi Nicolas, penerapan ilmu dengan metode tempel atau stek, menjadi yang paling dirasa sangat mempengaruhi hasil buah dalam menanam kakao. Sebab, jika dibandingkan dengan dulu, buah yang dihasilkan tak sebanyak sekarang.

“Itu sudah pernah dihitung. Tidak hanya menambah jumlah buah, tetapi juga menambah kualitas buah, serta biji kakao yang dihasilkan juga lebih padat," ungkapnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X