TANJUNG REDEB – Kasus Demam Berdarah Dangeu (DBD) di Berau per Agustus 2022 mencapai 273 kasus. Jauh melewati jumlah kasus yang terjadi pada 2021 lalu yang mencapai 103 kasus.
Menurut Humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, Erva Anggriana, pasien yang tengah menjalani perawatan di RSUD sebanyak 10 orang. Tingginya kasus DBD saat ini dikatakannya karena cuaca yang tidak menentu. “Penderitanya didominasi anak-anak,” ujarnya kepada awak media ini.
Ia melanjutkan, kasus DBD tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih ruangan di rumah sakit pelat merah itu masih kekurangan ruangan.
Di sisi lain, jika mengacu pada jurnal dari Paediatrics and International Child Health, data dari beberapa negara menunjukkan jika usia rata-rata dari kasus demam berdarah telah meningkat dari usia 5–9 tahun ke anak yang lebih tua. Bahkan di Thailand, 30–40 persen dari total kasus DBD terjadi pada seseorang dengan usia di atas 15 tahun.
“Di sini peran orangtua penting. Menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.
Ia menerangkan, setiap orangtua sebaiknya waspada terhadap penyakit DBD. Karena berisiko terjadi pada semua rentang usia, bahkan orang dewasa. Penting untuk menerapkan berbagai cara untuk pencegahan dari gigitan nyamuk, sehingga risiko untuk anak terkena DBD dapat menurun.
“Pada bayi, tutupi tempat tidurnya dengan kelambu agar nyamuk tidak dapat mendekat,” imbuhnya.
Kemudian bagi anak-anak, ia menyarankan agar mengenakan pakaian yang dapat menutupi lengan dan kaki secara keseluruhan. Hal itu ampuh untuk menutup beberapa area yang rentan digigit oleh nyamuk. Gunakan krim anti-nyamuk dan oleskan di area yang tidak tertutup oleh pakaian, seperti wajah dan telapak tangan.
“Cobalah untuk mengosongkan atau membuang barang-barang yang dapat menahan air, seperti pot dan tempat sampah, agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak,” tutupnya. (hmd/arp)