Nelayan Terancam Tak Bisa Melaut

- Selasa, 13 September 2022 | 14:55 WIB

TANJUNG REDEB – Rencana penutupan Jembatan Sambaliung pada pekan ketiga September ini, dikhawatirkan menimbulkan dampak yang lebih besar. Bukan sekadar harus memastikan kelancaran aurs kendaraan yang akan dialihkan ke jalur alternatif menggunakan Landing Craft Tank (LCT), tapi juga harus memastikan kelancaran arus logistik untuk kebutuhan masyarakat di pesisir selatan Bumi Batiwakkal.

Diungkapkan Junaidi, nelayan asal Talisayan, pihaknya sangat mengkhawatirkan jika distribusi BBM terhambat karena adanya perbaikan jembatan. Sebab, kebutuhan BBM subsidi sangat riskan bagi dirinya dan nelayan lainnya. Bukan hanya di wilayah Talisayan, tapi hingga nelayan di Bidukbiduk. “Kalau BBM tidak ada, kami tidak bisa melaut. Itu yang kami khawatirkan,” katanya saat berbincang dengan Berau Post di salah satu kafe yang ada di Tanjung Redeb kemarin (12/9).

Disebutnya, distribusi BBM dari Jobber di Kampung Samburakat, Gunung Tabur, harus melintasi Jembatan Sambaliung. Namun saat harus ikut mengantre untuk menyeberang menggunakan LCT, ditakutkan distribusi BBM terlambat sampai ke wilayah pesisir. “Itu bisa membuat BBM jadi langka. Kalau sudah langka, jangan sampai dimanfaatkan oknum untuk melakukan pengetapan, lalu menjual secara eceran dengan harga yang lebih mahal lagi. Kami ini, masyarakat kecil yang akan jadi korban,” ungkap dia.

Selain persoalan distribusi BBM, kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah di wilayah pesisir juga dikhawatirkannya ikut terkena dampak. Karena material pembangunan rata-rata didatangkan dari Tanjung Redeb. “Saat ini banyak sekali pembangunan yang dilakukan pemerintah. Terutama pembangunan jalan yang memang sudah lama diimpikan masyarakat. Termasuk yang dilakukan kampung menggunakan ADK (Alokasi Dana Kampung),” ungkapnya.

Untuk itu diharapkannya, Pemkab Berau bisa memikirkan opsi untuk memastikan distribusi BBM dan kebutuhan material pembangunan bisa mendapat prioritas saat hendak menyeberang menggunakan LCT. “Termasuk kebutuhan bahan pokok, itu juga riskan kalau tidak mendapat prioritas. Begitu juga untuk hasil tangkap nelayan, yang dibawa dari pesisir untuk kebutuhan masyarakat di kota dan daerah lainnya,” ungkapnya.

Dikonfirmasi mengenai keluhan tersebut, Supervisor Jobber Berau Hadi Sutrisno menjelaskan, pendistribusian BBM ke wilayah Sambaliung hingga Bidukbiduk mencapai 9 hingga 10 ritase per hari. Tiap ritase, BBM yang disalurkan sebesar 10 kiloliter, untuk untuk 7 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mulai Sambaliung hingga Bidukbiduk. “Untuk SPBU di Sambaliung rata-rata dapat 3 kiloliter per hari. SPBU lainnya 1 kiloliter,” jelas Hadi.  

Mengenai teknis pengangkutan, Hadi hanya menekankan bahwa BBM merupakan bahan berbahaya yang membutuhkan pengamanan ekstra dalam pendistribusiannya. Namun diharapkannya, pendistribusian BBM tetap berjalan lancar, walau perbaikan jembatan dilaksanakan. (mar/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X