Pemkab Gaungkan Pariwisata

- Kamis, 15 September 2022 | 14:17 WIB
PETILASAN: Unsur Muspika Gunung Tabur saat berziarah ke makam raja pertama Berau, Baddit Dipattung di Kampung Merancang Ulu, Kecamatan Gunung Tabur.
PETILASAN: Unsur Muspika Gunung Tabur saat berziarah ke makam raja pertama Berau, Baddit Dipattung di Kampung Merancang Ulu, Kecamatan Gunung Tabur.

GUNUNG TABUR – Unsur musyawawah pimpinan kecamatan (Muspika) dan seluruh kepala kampung di Kecamatan Gunung Tabur berziarah ke petilasan raja pertama Kesultanan Berau, Baddit Dipattung, di Kampung Merancang Ulu, Gunung Tabur, pada Rabu (14/9). Kegiatan ziarah ini berkaitan dengan Hari Jadi Kabupaten Berau yang ke-69.

Lokasi makam berada dua kilometer dari gapura pintu masuk Kampung Merancang Ulu. Dengan medan lokasi menanjak untuk menuju ke petilasan tersebut.

Camat Gunung Tabur, Mardiatul Idalisah mengatakan, kegiatan ziarah untuk memperingati hari jadi Berau, baru pertama kali dilaksanakan. “Kami tidak ingin melupakan sejarah,” ujarnya.

Meski makam tersebut merupakan raja pertama Kesultanan Berau, namun kondisinya kurang mendapat perhatian pemerintah dan tak terawat. Bahkan, di lokasi itu tidak ada papan penanda atau papan sejarah.

Lebih ironisnya lagi, lahan yang digunakan untuk petilasan tersebut, baru saja dihibahkan pemilik lahan pada tahun ini. “Kami berharap ada perhatian Pemkab Berau, maupun pihak ketiga untuk melakukan pemugaran petilasan tersebut,” tutur Mardiatul usai melaksanakan ziarah makam.

Ia mengaku prihatin dengan kondisi petilasan tersebut. Padahal di satu sisi, petilasan tersebut, bisa menjadi destinasi wisata. Namun untuk papan informasi saja tidak ditemukan di area petilasan tersebut.

“Seharusnya ada peran dari berbagai pihak, bagaimana petilasan ini bisa menjadi tujuan wisata. Bahkan jika perlu diagendakan setiap tahun, untuk dikunjungi melakukan ziarah,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Kampung Merancang Ulu, Andi Marpai mengatakan baru tahun ini ada ziarah makam. Biasanya tahun-tahun sebelumnnya tidak ada. Bahkan makam tersebut hampir terlupakan oleh pemerintah.

“Kita mau bikin papan pengumuman tentu tidak elok. Karena ada dinas yang membawahi. Jadi kita tunggu perintah saja,” katanya.

Ia juga sependapat dengan apa yang disampaikan Mardiatul Idalisah, agar petilasan tersebut bisa diperbaiki, bahkan dijadikan tujuan wisata. Tentu, hal ini bisa berdampak pada perekonomian masyarakat di kampung yang ia pimpin.

“Harapan kami, agar jangan hanya tahun ini saja. Namun tahun-tahun ke depan, bisa terus dilakukan (ziarah, red),” tuturnya.

Tampak hadir pula, Haji Adji Muhammad Bahrun, yang mer-upakan keturunan Kesultanan Gunung Tabur. Ia mengatakan, perhatian pemerintah tentu dibutuhkan untuk petilasan tersebut. Bagaimana seorang raja bukan hanya dihormati pada masa hidupnya saja. Melainkan tetap dihormati, meski jasadnya sudah dimakan tanah. “Ini bukti nyata, kurangnya perhatian pemerintah,” ucapnya.

Tidak hanya di petilasan Baddit Dipattung, dirinya meminta makam-makam raja terdahulu juga turut mendapatkan perhatian. Agar bisa diketahui masyarakat luas, baik sejarah, maupun dimana makam para raja berada.

“Anggarkan untuk petilasan. Biar masyarakat juga paham dan tahu bahwa Berau merupakan sebuah kerajaan besar,” tutupnya. (hmd/arp)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB
X