La Nina Diprediksi hingga Akhir 2022

- Sabtu, 1 Oktober 2022 | 13:52 WIB
BERPENGARUH: Fenomena La Nina turut berdampak pada sektor pertanian.
BERPENGARUH: Fenomena La Nina turut berdampak pada sektor pertanian.

 

TANJUNG REDEB – Kepala Badan Meteorologi, Kimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Tekad Sumardi menyebut La Nina diprediksi akan berlangsung hingga akhir tahun 2022 ini.

Ia menjelaskan, fenomena La Nina sudah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Kejadian ini cukup langka dan banyak memberikan sumbangsih terhadap peristiwa bencana hidrometeorologis terutama di wilayah Indonesia.

Banyaknya hujan di musim kemarau atau diistilahkan dengan kemarau basah disebutnya terjadi di berbagai tempat termasuk Berau. Kemarau yang biasanya kering disebut basah ditandai dari banyaknya hujan yang turun dengan akumulasi curah di atas normal pada periode musim kemarau. Kemarau pun datang terlambat dan berjalan lebih singkat. “Ini bisa berdampak pada pertanian,” katanya.

Kemarau basah meningkatkan pertumbuhan hama dan organisme pengganggu tanaman. Musim kemarau yang banyak hujan tentunya memberikan dampak cukup signifikan, terutama pada sektor pertanian.

Tanaman yang selalu subur di musim kemarau seperti palawija tumbuh tidak maksimal karena banyaknya limpahan air, bahkan rusak terdampak banjir lahan pertanian di beberapa tempat akibat curah hujan tinggi. “Jelas, tanaman palawija akan paling berdampak,” ucapnya.

La Nina diperkirakan baru akan berakhir pada awal 2023. Namun demikian bukan hanya kemungkinan banyak dan besarnya kejadian bencana hidrometeorologis basah saja yang harus diperhatikan, efek balik dari kejadian triple drip La Nina ini wajib diwaspadai.

Kejadian tiga tahun berturut-turut La Nina terjadi terakhir kali pada 2010 sampai dengan 2012. Peristiwa tersebut kemudian diikuti oleh El Nino selama tiga tahun berturut-turut pula yakni pada 2014 hingga 2016.

“El Nino yang merupakan kebalikan dari fenomena La Nina juga membawa potensi bencana yang tak kalah hebatnya, yakni bencana hidrometeorologis kering,” tuturnya.

Memang kejadian triple drip La Nina yang diikuti El Nino pada tahun-tahun di atas sempat diselingi selama setahun tanpa peristiwa keduanya, yakni pada 2013.

Pemerintah serta masyarakat bisa bersiap-siap jika memang iklim akan kembali netral setidaknya selama setahun dan hanya dipengaruhi secara garis besar oleh angin muson saja. Namun demikian bukan berarti tidak mungkin pada tahun depan El Nino tiba-tiba muncul, yang lama waktu terjadinya tidak bisa kita perkirakan sekarang.

“Bencana hidrometeorogis kering akan mengancam ketahanan pangan masyarakat Indonesia secara umum. Kejadian gagal panen, kurangnya air untuk pengairan sawah-ladang, serta yang tak kalah penting adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang akan kembali menghantui,” tutupnya. (hmd/arp)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB
X