Sampah Malaysia

- Senin, 5 Desember 2022 | 12:12 WIB
-
-

DATANG lagi. Begitu kalimat singkat yang dikirimkan teman saya dari Pulau Maratua. Kalimat yang menyertai foto sampah yang memenuhi tepi pantai pulau wisata itu.

Kenapa ada kata datang lagi? Ya, memang sampah yang luasnya separo lapangan bola itu, seperti tamu yang datang ke Maratua. Datang pada musim tertentu. Sebagian kembali meninggalkan pulau mencari tempat singgah yang baru.

Sebagian lagi tetap tinggal, mengubah wajah tepi pantai Maratua yang indah itu. Yang tinggal itu, menjadi pekerjaan baru bagi mereka yang sering ke pulau melakukan bersih-bersih pantai.

Bagi warga Maratua, hadirnya sampah bukanlah hal baru. Setiap akan terjadinya pergantian musim angin dan memasuki musim angin utara, sampah ini datang jadi pertanda. Siklus yang sudah sejak lama ada.

Asal sampah dari mana, bisa dikenali dari banyaknya sampah plastik yang ikut terbawa. Sampah yang mendamparkan dirinya di pantai Maratua itu, macam-macam. Bahkan ada foto seorang anak memegang kemasan minyak goreng merek USB (usaha bagus) yang masih utuh. Itu salah satu jenis sampah yang terbawa.

Dari kemasan itu bisa dipastikan, asalnya dari wilayah laut Malaysia Timur. Belum lagi, kemasan air mineral maupun sandal jepit yang tidak lengkap, ikut terbawa.

Saya teringat apa yang dikatakan ketua percepatan pembangunan Pulau Maratua, Meiliana, di salah satu media online, yang menyebut pantai Maratua kini bersih dari sampah. Nah, harusnya Bu Meiliana, yang teman kuliah saya itu, datang ke Maratua, khusus mencermati siklus hadirnya sampah dari Malaysia.

Beberapa tahun lalu, ketika siklus hadirnya sampah, saya kebetulan berada di Maratua. Sedang menikmati sarapan pagi di Pratasaba Resor. Tiba-tiba, datang ‘rombongan’ sampah itu. Pengelola resor kalang kabut. Ia tahu, sampah menjadi musuh besar bagi resor juga bagi wisatawan.

Ada upaya, mendorong sampah itu ke laut. Sampahnya memang bergerak, namun sampah itu kembali masuk ke wilayah resor lainnya. Dan begitu seterusnya. Rupanya, sampah itu berputar mengitari pulau yang luas. Mengikuti perputaran arus laut.

Seperti sampah yang datang tiga hari lalu, komposisinya tak jauh beda. Ada botol plastik produksi Malaysia. Dan sampah lainnya yang tidak sama dengan sampah yang ada di pulau.

Dari situlah, timbul ide untuk membangun pagar. Selain untuk membendung masuknya sampah dalam wilayah resor. Juga sekalian, untuk tanggul penahan ombak. Jadi fungsinya ganda. Itu yang dilakukan Pratasaba.

Kita bisa lihat, dibangun dengan kayu ulin. Cukup efektif menjaring sampah. Juga bisa dijadikan tempat parkir speedboat, agar tidak terkena gelombang. “Tempat parkir speedboat,” kata Pak Eeng, manajer Pratasaba Resor.

Bisa saja, sampah kiriman dari wilayah Malaysia itu, merupakan ‘kunjungan’ balasan. Tidak menutup kemungkinan, pada cuaca angin tertentu, di wilayah wisata di kawasan Mayalsia seperti Sipadan dan Ligitan, mungkin pernah juga menerima sampah dari Indonesia. Jadi, gantian saja.

Bukan hanya sampah. Pada cuaca yang ekstrem, nelayan asal Malaysia dan Filipina sering juga terdampar di Maratua. Alasannya, mengalami kendala perahu mereka dan terbawa arus hingga ke Maratua.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB
X