SAMARINDA - Perkembangan iklim investasi tiap tahunnya membuat pemerintah daerah harus jeli menangkap peluang. Tidak hanya menangkap peluang, hal ini tentu saja harus diiringi dengan ketersediaan produk dan bahan baku.
Sebab, investor lebih menginginkan ketersediaan produk siap jual dalam melihat peluang investasi. Sehingga, gambaran investasi tidak lagi hanya berbicara mengenai potensi. Namun mendorong potensi yang ada menjadi peluang dengan produk siap produksi.
Berdasarkan analisis tersebut, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mulai mempersiapkan kajian hilirisasi produk-produk olahan pertanian dan perkebunan. Hal inipun sesuai arahan Pemerintah Pusat dan daerah.
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal (PPIPM) DPMPTSP Kaltim, Riawati mengatakan, memang ada sejumlah komoditas yang pengembangannya didorong di Kaltim, dalam sektor pertanian dan perkebunan. Seperti kokoa, pisang, kelapa sawit, lada, dan karet.
Pengembangan produk-produk ini, memerlukan kajian lebih lanjut. Sebab, sejatinya potensi tersebut belum siap jual. "Oleh karena itu, mulai tahun ini DPMPTSP Kaltim mendorong pengembangan hilirisasi produk-produk olahan pertanian dan perkebunan. Dengan mendorong kabupaten/kota membuat kajian olahan hasil perkebunan dan pertanian," terangnya.
Seperti di Kutai Timur, dengan mempersiapkan kajian pengolahan pisang menjadi makanan bayi. Begitupun, dengan kabupaten/kota lainnya.
Meskipun, Ria mengakui, hilirisasi memang memiliki banyak tantangan. Sebab, tidak hanya berbicara mengenai produk, namun bagaimana mendorong ketersediaan produk dalam jangka panjang. Sementara, modal menjadi salah satu kendala yang memberatkan.
"Mulai tahun depan strateginya kami akan bantu 4 daerah kabupaten/kota untuk pengembangan produk-produk unggulan. Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Penajam Paser Utara, dan Paser. Agar ada pemerataan peluang investasi," pungkasnya. (dpmptspkaltim/adv/arp)