MARATUA – Kecamatan Maratua merupakan kawasan rawan pangan yang ada di Kabupaten Berau. Karena terdapat sejumlah indikator yang membuat pulau terluar ini tergolong rawan pangan.
Menurut Kepala Dinas Pangan Berau, Rahmadi Pasarakan, salah satu indikator yang mempengaruhi penilaian tersebut yakni rasio luas lahan baku sawah terhadap luas lahan. Jumlah sarana prasarana ekonomi terhadap jumlah rumah tangga. Akses penghubung yang kurang memadai, dan rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Memang betul ada beberapa indikator yang mempengaruhi rawan pangan, terutama Maratua itu kan pulau terluar ya di Berau. Tetap kita ketahui juga bahwa Pulau Maratua juga memiliki keindahan sendiri,” ujarnya kepada awak media kemarin (20/12).
Pihaknya sejauh ini telah mengusulkan penanganan ketahanan pangan sebagai sumber pangan keluarga, dengan membuat kegiatan kelompok rumah pangan lestari.
“Pengembangan pangan lestari dengan cara membentuk kelompok wanita tani. Dan di Maratua memang belum ada yang membuat kelompok itu,” katanya.
Caranya, kata dia, dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan untuk bercocok tanam. Fokusnya pada tanaman alternatif selain beras. Untuk pemenuhan gizi keluarga.
“Jadi bisa menanam sayuran atau tanaman hidroponik. Dan itu cukup mudah asalkan ada kemauan kami siap membimbing,” jelasnya.
Pihaknya telah bekerja sama dengan Musyawarah Kecamatan (Muspika) setempat, untuk bersama-sama menghidupkan ketahanan pangan di Pulau Maratua. Dengan memberikan arahan kepada masyarakat, supaya membentuk kelompok wanita tani.
“Apalagi di sana (Pulau Maratua, red) daerah wisata. Akan sangat bagus kalau bisa mengembangkan pekarangan pangan lestari. Bisa menjadi daya tarik baru,” jelasnya.
“Perkembangan wisata di sana sudah sangat bagus, sayang kalau tidak didukung ketahanan pangan yang cukup. Karena bukan daerah penghasil, jadi beras masih bergantung dengan daerah lain,” tandasnya. (aky/arp)