Tulisan Dokter

- Senin, 16 Januari 2023 | 08:16 WIB
-
-

SAYA sering ditugaskan membaca dan menerjemahkan catatan kaki alias disposisi bupati. Itu penting, bahkan sangat penting dan menentukan. Disposisi itu berisi petunjuk.

Salah membaca disposisi, maka salah pulalah dalam menindaklanjutinya. Akibatnya fatal, bila berkaitan dengan kebijakan. Beda kalau disposisi itu isinya singkat. Misalnya, laksanakan sesuai aturan berlaku atau untuk diketahui.

Tapi, kalau disposisi itu sedikit panjang dan dengan tulisan yang tak bisa dipahami, butuh bantuan orang lain. Ini jadi tugas saya, mencari sambungan kata yang tepat dari rangkaian kalimat singkat itu.

Hampir sama sulitnya, antara disposisi seorang bupati dengan membaca resep dokter yang akan dibawa ke apotek. Jadi, bisa kita samakan disposisi bupati dan tulisan dokter.

Berkali-kali saya mencoba membaca tulian dokter pada sebuah resep. Memang sulit, apalagi saya tidak punya disiplin ilmu kedokteran atau farmasi.

Saya masih ingat persis saat masih di SMP dulu. Tulisan tangan saya itu, sering disebut tulisan dokter. Ada yang lebih ekstrem lagi, disebut seperti ceker ayam oleh teman sekolah.

Makanya, bila ada pelajaran tulisan indah. Saya harus bekerja keras, menulis seindah mungkin. Bisa menjadi sedikit indah, karena ada buku khusus pada pelajaran tulisan indah itu.

Sebetulnya, ada nilai lebih dengan tulisan seperti cakar ayam. Teman-teman yang kebetulan bolos atau tidak masuk jam pelajaran, tidak bisa meminjam buku catatan saya. Kalau juga mereka pinjam, pastilah kesulitan membacanya.

Sampai sekarang, tulisan tangan saya masih juga tak bagus. Kan sudah sangat jarang menggunakan  tangan buat menulis. Apalagi, di awal-awal aktif sebagai wartawan, tulisan cakar ayam saya ternyata sangat berguna.

Saya membayangkan, tulisan tangan seorang dokter, ketika menulis resep. Saya berpikir, jangan-jangan, dokternya tidak bisa membaca tulisannya sendiri.

Hari Jumat (13/1), diajak Pak Sofyan Hasdam Daeng Naba, makan Sop Saudara di Jalan AKB Sanipah. Dekat rumah saya. “Orang Pangkep itu, bangun tidur sarapannya Sop Saudara,” kata Pak Sofyan sambil menunggu ikan bakar.

Selera sama. Sama-sama suka bagian kepala ikan bandeng. Dari warung Sop Saudara itu, Pak Sofyan memulai cerita lucu. “Hanya orang Pangkep yang menghargai seorang perempuan,” katanya sambil senyum-senyum. Mau bukti? Coba kunjungi semua penjual sup orang pangkep, tak pernah dijumpai Sop Saudari.

Pemilik rumah makan, Haji Alli yang asli Pangkep, anaknya sekarang kuliah di Samarinda, mengambil jurusan Farmasi. “Bagus itu,” kata Pak Sofyan. Salah satu kelebihan seorang apoteker, yang tidak dimiliki siapapun, yakni mampu membaca tulisan dokter. “Hanya apoteker yang bisa baca tulisan seorang dokter,” katanya.

Bahkan, sambil menahan tawa, Pak Sofyan entah itu sebuah pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Pernah meminta kepada seorang apoteker, untuk membacakan tulisan yang ia catat pada sehelai kertas resep. “Kadang dokter juga tidak tahu tulisannya sendiri,” kata Sofyan tertawa.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X