TANJUNG REDEB - Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Berau, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Dheny Mardiono menyebut terjadi peningkatan jumlah telur penyu yang berhasil menetas dalam dua tahun terakhir.
Dari data yang dimiliki BKSDA untuk Pulau Derawan dan Sangalaki, diketahui pada tahun 2021 ada sebanyak 60.157 telur berhasil menetas. Lalu di tahun 2022 sebanyak 89.586 telur menetas.
“Dari jumlah yang ada, memang ada telur yang gagal menetas karena beberapa faktor alam. Namun dari tahun 2021 hingga 2022 jumlah telur yang berhasil menetas meningkat,” ujarnya kepada Berau Post.
Dijelaskannya, penyu bertelur pada malam hari. Pihaknya mencatat pernah ada sebanyak 96 ekor penyu yang naik ke pulau untuk bertelur dalam satu malam.
Agar telur tersebut bisa menetas, petugas BKSDA juga rutin melakukan patroli mengelilingi pulau. “Tim BKSDA di lapangan dalam semalam selalu melakukan patroli, minimal dalam semalam dilakukan dua kali,” ungkapnya.
Selain menjaga dari pencuri telur penyu, pihaknya juga mengevakuasi beberapa sarang penyu yang dirasa rawan dicuri.
“Seperti yang jauh dari pantauan petugas, juga yang terdampak pasang air laut. Kemudian telur-telur tersebut kami relokasi pindah ke tempat yang aman,” tuturnya.
Aksi pencurian telur penyu disebutnya terjadi saat puncak penyu bertelur saat Juli hingga Oktober. Sebagai antisipasi pencurian, pihaknya berkoordinasi dengan anggota TNI-Polri untuk turut membantu melakukan pengamanan di pulau.
“Di bulan Juli hingga Oktober jika tidak dijaga ketat, kami sering kali kecolongan,” imbuhnya.
Di sisi lain, Dheny meminta masyarakat berhenti mengonsumsi telur penyu. Sebab, sama sekali tidak berkhasiat bagi tubuh.
“Riset yang ada dari sisi kesehatan, bahwa malah bisa membahayakan kesehatan,” katanya. (adm/arp)
