Angka Kemiskinan di Berau Diklaim Turun

- Sabtu, 21 Januari 2023 | 18:58 WIB
LEBIH SEJAHTERA: Penurunan angka kemiskinan di Berau tahun 2022 sebesar 5,65 persen, salah satu faktor penurunan itu dilihat dari pola konsumsi masyarakat.
LEBIH SEJAHTERA: Penurunan angka kemiskinan di Berau tahun 2022 sebesar 5,65 persen, salah satu faktor penurunan itu dilihat dari pola konsumsi masyarakat.

TANJUNG REDEB - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Berau, angka penduduk miskin di Bumi Batiwakkal pada 2022 turun menjadi 5,65 persen atau 13.310 jiwa, dibandingkan tahun 2021, yakni 13.620 jiwa.

Ketua Tim Statistik Sosial BPS Berau, Mega Safira Aulia, mengatakan, secara umum penurunan angka kemiskinan disebabkan oleh pergeseran peningkatan daya beli masyarakat. Dengan rata-rata pengeluaran makanan sejumlah Rp 923.233 per kapita per bulan. Sedangkan bukan makanan sebesar Rp 1.170.405 per kapita per bulan.

“Masyarakat juga sudah mulai bangkit dari pandemi Covid-19 dan sudah mulai banyak yang kembali ke pekerjaannya lagi,” ujarnya.

Selain itu, pendapatan masyarakat juga dinilai mulai meningkat, sehingga daya beli mulai ditingkatkan lagi oleh sebagian masyarakat di Berau. Secara umum, otomatis konsumsinya mulai meningkat dan garis kemiskinan juga terlihat menurun.

Kendati demikian, sedikit banyak kebijakan pemerintah pasti berpengaruh. Seperti bantuan baik yang bersumber dari daerah, provinsi, maupun pusat.

“Efektivitas bantuan itu memang tidak bisa diukur secara matematis. Tapi kami juga sempat menanyakan kepada responden yang mendapat bantuan dari pemerintah, kalau efektivitasnya itu ada, tapi didukung oleh kegiatan lain juga,” jelasnya.

Disebutnya, peningkatan daya beli masyarakat faktornya banyak, salah satunya bisa saja bantuan mendongkrak daya beli. Terlebih, bantuan juga berasal dari semua lini, ada yang sifatnya langsung, ada juga yang dikontrol harga pasarnya oleh pemerintah.

“Seperti kejadian harga minyak goreng pada awal tahun 2022 sangat tinggi dan terjadi kelangkaan. Tapi, berangsur turun setelah ada kontrol pemerintah,” terangnya.

Adapun berdasarkan hasil survei, terlihat pola konsumsi makanan masyarakat di Kabupaten Berau yaitu 28,49 persen pengeluaran rumah tangga dikeluarkan untuk membeli makanan dan minuman jadi.

Ikan atau udang sebesar 11,72 persen, rokok dan tembakau 11,03 persen, padi-padian 8,64 persen, sayur-sayuran 8,85 persen, daging 6,83 persen, serta telur dan susu 6,45 persen.

“Ada juga konsumsi non makanan. Tapi konsumsi terbanyak memang makanan jadi dan bahan makanan,” ungkapnya.

Tingginya persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan dan minuman jadi, serta untuk rokok dan tembakau perlu mendapatkan perhatian lebih. Konsumsi makanan dan minuman jadi memang praktis, namun kandungan gizi dan higienitasnya belum tentu terjamin. Menurutnya, akan lebih baik kalau masyarakat mengolah sendiri hasil alam dan menyajikan makanan yang sehat bagi keluarga yang ada di rumah.

“Selain itu, sudah banyak penelitian yang membuktikan, bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, dan kanker paru-paru,” tambahnya.

Lanjutnya, pemerintah sempat memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat angka pandemi Covid-19 di Indonesia tinggi. Hal itu membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan lebih memilih layanan online.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Dinkes PPU Gencar Lakukan Pencegahan DBD

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:20 WIB

Lantik Kades, Bupati Kukar Tekankan Pelayanan

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:45 WIB

47 Rumah Ibadah Dapat Hibah dari Pemkab Berau

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:04 WIB

Pemkab Berau Gencarkan Pencegahan Penularan Difteri

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:01 WIB

Wabup Mahulu Serahkan Bantuan Korban Kebakaran

Senin, 25 Maret 2024 | 11:10 WIB
X