Baju Baru

- Rabu, 25 Januari 2023 | 01:31 WIB
-
-

DAPAT bingkisan Imlek. Kemasannya kecil saja. Tapi maknanya besar. Setidaknya itu penafsiran di hari raya Imlek.

Ke warung Hokky seorang diri. Mau nyampaikan ucapan hari raya Imlek kepada Bu Giok. Pemilik warung. “Gong xi fa cai,” begitu kata saya saat jumpa dengan Giok. Lalu saya pesan teh susu buatan Bu Sukma.

Tak lama, ada ibu-ibu datang dan memberi gula-gula jeli berbentuk irisan jeruk. Ada cokelat dikemas kertas warna keemasan. Namanya ‘emas ingot’. Ada juga berbentuk koin yang berlambang ‘dollar’. “Ini isinya cokelat om, biar sehat dan sejahtera,” kata yang memberi.

Terus Giok memberi apa? Bu Giok yang sudah saya kenal sejak belasan tahun itu, dan menjadi pengunjung tetap warung Hokky, memberikan saya kemasan botol kecil berisi serat sarang burung walet yang dicampur beberapa jenis rempah. Rasanya enak.

Kemasan berisi sarang burung walet itu, enaknya diminum pagi hari, saat baru bangun tidur. Kata teman-teman, cairan sarang burung itu, baik untuk kesehatan paru-paru. Terutama bagi yang merokok. Seperti saya.

Di hari kedua perayaan Imlek di warung Hokky, ada kedatangan pelanggan setianya. Selama ini tidak tahu namanya. Saya sering menyapa pak dokter. Kata bu Sukma, memang ia itu dokter tapi entah tugas di mana.

Sayapun berbincang sekitar aktivitas para petugas kesehatan maupun rencana membangun rumah sakit. Ia tertawa, saat saya menyebut, bahwa dokter juga sebetulnya adalah seorang ASN. Di mana melekat di dirinya aturan terkait seorang pegawai daerah.

Menariknya, sering terdengar ada keluhan warga yang ingin mendapatkan pelayanan di rumah sakit, namun dihadapkan pada kenyataan dokternya tidak ada di tempat. Apalagi di akhir pekan. Ia hanya tersenyum. “Memang benar, dokter juga melekat aturan seorang pegawai,” kata dia.

Sayapun bertanya, dengan rencana membangun rumah sakit yang lokasinya di atas lahan Inhutani. “Berapa itu biaya membangun rumah sakit,” tanyanya. Saya menjawab saja sesuai dengan angka yang banyak disebut-sebut, yakni mendekati angka Rp 800 miliar.

Menurut dia, kalau angka itu masih di luar fasilitas pendukungnya. Seperti peralatan dokter dan fasilitas lainnya sebagai sebuah rumah sakit, cukup memadai. Sebab, peralatan dokter itu yang relatif sangat mahal.

Iapun memberikan contoh satu alat kecil yang berupa kaca peralatan rontgen. Satu unit yang berukuran kecil, harganya mencapai Rp 50 juta. “Itu contoh kecil saja Pak Daeng,” kata dia.

Sayapun bertanya lagi. Apakah bersamaan dengan membangun rumah sakit, daerah juga perlu menyekolahkan tenaga ahli seorang dokter ? Jawabannya singkat saja. Itu tak perlu, katanya.

Tenaga dokter di Indonesia itu sangat banyak. Dokter spesialis apa saja yang dibutuhkan, pasti siap bertugas di daerah. Daerah paling pelosok pun, seorang dokter spesialis mau saja bertugas. Tinggal perhitungan terkait kesejahteraannya saja.

Lagi pula, harus melihat perbandingan jumlah penduduk. Kalau saja gedung baru rumah sakit nanti selesai di tiga tahun mendatang. Tinggal menghitung berapa penduduk Kabupaten Berau, akan didapatkan berapa kebutuhan dokternya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X