TANJUNG REDEB - Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dalam hal ini Bupati Berau Sri Juniarsih dalam mengatasi persoalan pemadaman bergilir yang kerap terjadi menjelang bulan Ramadan, membuahkan hasil.
Surat yang dilayangkan bupati ke manajemen PLN wilayah Kaltim dan Kaltara di Balikpapan Februari lalu, dibalas dengan akan adanya penambahan mesin pembangkit untuk Bumi Batiwakkal, dengan kapasitas 7 Megawatt (MW).
Pembangkit itu akan ditempatkan di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Sambaliung. “Informasinya, mesin tersebut akan terpasang dan beroperasi dengan batas waktu 22 Maret mendatang,” kata bupati, kemarin (10/3).
Dengan adanya penambahan pembangkit itu, Juniarsih optimistis saat Ramadan nanti tidak akan ada lagi pemadaman listrik secara bergilir, karena daya yang diproduksi diklaimnya sudah memenuhi kebutuhan.
“Tidak hanya selama puasa, lebaran, dan bahkan seterusnya kalau bisa tidak ada pemadaman lagi,” ujarnya.
Kabar itu pun dibenarkan Manajer Unit Layanan Pelanggan (ULP) Tanjung Redeb, Mohammad Akhlis. “Betul, nanti untuk PLTD Sambaliung akan menerima tambahan mesin pembangkit,” katanya, Jumat (10/3).
Namun, kedatangannya yang diprediksi dapat beroperasi pada 22 Maret mendatang masih diusahakan oleh pihaknya. Sebab, saat ini keberadaan mesin tersebut masih dalam proses pengujian lebih dulu, sebelum dikirim ke Berau dari Surabaya, Jawa Timur. “Saat ini masih di uji. Semoga tidak terdapat kendala serius yang bisa menghambat pengiriman mesin itu,” tegasnya.
Disebutnya, dengan penambahan pembangkit itu, total kemampuan produksi listrik di Berau yang saat ini hanya 25 MW, akan menjadi 32 MW. Diklaimnya, jumlah itu sudah mampu mengakomodir kebutuhan listrik di Kabupaten Berau. “Ini (penambahan pembangkit, red) bisa memenuhi kebutuhan daya pada saat bulan puasa,” jelasnya.
Namun, beberapa hal menjadi catatan bagi PLN dalam mendatangkan mesin tersebut. Sebab, sejauh ini pihaknya masih memikirkan apakah mesin tersebut akan sepenuhnya melalui air atau akan sebagian melalui darat. “Kendala sekarang ini terkait perizinan lewat Jembatan Sambaliung saja,” tuturnya.
Sejauh ini pihaknya masih terus berupaya untuk berkomunikasi dengan pihak terkait untuk perlintasan airnya. Apakah melewati jembatan memungkinkan atau tidak. “Kalau memang tidak bisa lewat jembatan maka akan lewat air sepenuhnya,” pungkasnya. (*/sen/sam)