Selamatkan Spesies Langka, Buka Potensi Wisata dan Ekonomi Kreatif

- Sabtu, 11 Maret 2023 | 16:53 WIB
LANGKA: Pahu menjadi harapan terakhir pembiakan spesies badak di Kaltim.
LANGKA: Pahu menjadi harapan terakhir pembiakan spesies badak di Kaltim.

Masyarakat Kubar pun memetik banyak manfaat dari menjaga kelestarian dan keindahan hutan pemberian Tuhan. Hutan menyediakan tanah yang subur bagi petani dan pekebun. Bentang yang indah untuk dinikmati para pelancong.

 

DUITO SUSANTO, Kutai Barat

 

DI BAWAH teduh dan rindangnya pepohonan tinggi penghuni Hutan Lindung Sungai Kelian, Pahu masih bisa menikmati sarapan paginya, Rabu (8/3). Badak betina bercula satu yang mulai menua itu hanya mengonsumsi rupa-rupa dedaunan dan buah yang disediakan hutan. Daun macaranga dan getah putih adalah dua dari banyak penganan hijau kesukaannya.

Pahu bisa dibilang harapan terakhir pembiakan spesies badak di Kaltim. Dia diselamatkan dari hutan di sekitar Sungai Pahu di Desa Besiq Bermai, Kecamatan Bentian, Kubar, pada 2018 lalu. Kemudian direlokasi menjadi bagian penghuni Hutan Lindung Sungai Kelian seluas 5.900 hektare itu. Kabarnya, masih ada seekor lagi badak Kalimantan yang terdeteksi di Mahakam Ulu. Rencananya diselamatkan tahun ini.

Dari pemeriksaan struktur giginya, Pahu diperkirakan berusia 35–38 tahun. Cukup tua untuk umur spesies langka itu yang rerata hidup hingga 50 tahun. Di resort suaka badak liar di Hutan Lindung Sungai Kelian, Kubar, Pahu menjalani aktivitas rutinnya tiap hari. Seperti pemeriksaan fisik, suhu tubuh, hingga pengukuran berat badan. “Pagi ini (Rabu, red) beratnya 373 kilogram,” ujar Jono Adiputro, kepala resor suaka badak liar di Hutan Lindung Sungai Kelian, kemarin kepada Kaltim Post.

Meski masih satu bangsa atau ordo dengan badak Sumatra, berat Pahu terhitung kecil. Badak Sumatra diketahui mencapai 700 kilogram. Pahu terhitung sensitif dan gampang stres. Hal-hal kecil bisa membuatnya terganggu. Termasuk kedatangan tamu. Bahkan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi yang melawat bersama rombongan di sela kunjungan kerjanya ke Kubar kemarin, hanya bisa memandangi Pahu dari kejauhan. Melihatnya menikmati makan pagi di kandang beratap sekitar 6x8 meter persegi.

Bising suara manusia, aroma-aroma tak biasa bisa membuatnya stres. Juga suhu yang tak sesuai dengan habitat aslinya. Sebab itu, wagub bersama Kadiskominfo Kaltim Muhammad Faisal yang didampingi Joko kemarin pagi tak bisa mendekat. Mereka hanya berdiri sekitar 10 meter dari kandang. Kandang Pahu dipagari dengan besi stainless berdiameter sedang setinggi dada orang dewasa. Di bagian belakang dibuatkan jalur kecil memanjang sekira seukuran badannya agar dia bisa lewat. Lorong jepit itu difungsikan untuk hal-hal emergensi. Atau antisipasi ketika badak sulit dikendalikan.

Di belakang kandang itu, hutan menjadi habitat Pahu. Dibuat dua kompartemen atau bagian. Masing-masing bidang seluas 10 hektare. Dikelilingi pagar setinggi paha orang dewasa. Dilengkapi kawat yang dialiri listrik tegangan rendah. Untuk mencegah Pahu kabur atau mendapat serangan dari hewan liar lainnya di kawasan itu. “Dipisah dua kompartemen untuk penyegaran sumber makanan. Pahu dilepas ke satu bagian tiap enam bulan, agar tanaman di bagian lainnya bisa pulih kembali,” ujar drh Itha Soge, satu di antara tiga dokter hewan yang bertugas merawat Pahu.

Pahu termasuk hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Termasuk mencari makanan. Dari tim yang menanganinya, Pahu diasupi 17 kilogram daun saban hari. Pagi dan sore. Menyesuaikan berat badannya. Dibatasi agar tak terlalu gemuk, mengimbangi tinggi badannya. Untuk pemeriksaan rutin dibedakan tiap harinya. Menghindari stres. Termasuk pemeriksaan USG dua kali sepekan untuk mengetahui kondisi reproduksinya.

Kemarin pagi sekitar pukul 10.00 Wita, Pahu yang tertidur selepas sarapan diperiksa tensinya. Mobil rombongan yang beranjak pergi meninggalkan lokasi pun terpaksa dihentikan sementara. Untuk mengurai bising mesin mobil yang bisa mengganggu Pahu. “Kita bahkan meminta urine badak jantan dari Sumatra untuk sekadar memancing siklus haid Pahu,” terang Jono. Tak banyak kesulitan merawat Pahu. Yang paling sulit, kata drh Itha, hanya perawatan kukunya yang sering crack atau rusak karena kontur tanah berlubang.

Yang paling dihindari memang hal-hal yang memicu stres. Makanya pengunjung sangat dibatasi. Yang boleh masuk ke areal kandang dengan jarak tertentu hanya maksimal empat pengunjung. Juga porsi makannya, agar tak kurang. “Dia tak pernah ngamuk. Untuk menunjukkan ketidaksukaannya paling mendengus keras,” ujar Itha. Pahu tak bisa dijadikan objek wisata atau diposisikan seperti kebun binatang. Namun, untuk keperluan penelitian diperbolehkan dengan izin BKSDA. Nasib spesies langka ini bergantung pada Pahu, betina terakhir.

Dengan usianya yang sudah semakin tua, Pahu diyakini tak bisa menjalani pembiakan alami. Intervensi manusia sangat diperlukan. Misalnya dengan inseminasi buatan atau program bayi tabung. “Sel telurnya diambil untuk dibuahi sel sperma badak dari Sumatra,” ujar Itha. Soal kemungkinan berhasil, tiada yang tahu kecuali Allah. “Yang penting kita coba aja dulu,” kata dia. Kemungkinan-kemungkinan masih adanya spesies tersebut di hutan Kalimantan terus dieksplor. Dari survei sosial kepada masyarakat, banyak yang menyebutkan di daerah tertentu dulunya pernah ada badak. Itu yang terus diteliti.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X