Gelora Asmara

- Rabu, 15 Maret 2023 | 14:31 WIB
-
-

DUA warung kopi dan satu rumah makan. Tiga tempat bergantian dikunjungi hingga siang hari. Yang dibahas temanya beda-beda.

Di warung Pojok, Selasa (14/3), sejak pagi lebih banyak membahas kenangan masa lalu. Kenangan dimana beberapa tokoh menyimpan cerita tak bisa dilupakan.

Sebutlah Pak Murjani (almarhum) putra almarhum Aji Petro. Dia salah seorang aktor Mamanda. Peran yang dimainkan di panggung, sering dia lakukan di luar pentas. Ada yang tertawa, ada juga yang naik tekanannya.

Di warung yang berdekatan dengan komunitas warga Tionghoa, almarhum Murjani sering berbahasa Tiongkok. Menirukan bahasa sehari-hari, warga Tionghoa yang tinggal di sepanjang tepian Sungai Segah.

Dulu, almarhum Nanang Gunadi sempat marah mendengar Murjani menggunakan bahasa Tiongkok, kata Aji. Pelanggan warung pojok yang bekerja di Satpol PP.  Beruntung sempat ditengahi, yang membuat Pak Nanang Gunadi mengerti.

Beda dengan Ayah Almarhum Murjani, almarhum Aji Petro. Tokoh masyarakat Gunung Tabur yang juga dikenal sebagai pelukis kaca, terkenal kalem dan tidak banyak bicara. Tampilannya berwiba dengan kopiah tak pernah lepas dari kepalanya.

Saya juga kenal baik dengan Aji Petro. Beliau lah yang merekonstruksi bangunan keraton yang luluh lantah terkena bom. Lewat inspirasi keseniamannya.

Saya sering mengunjungi sanggarnya yang sekaligus tempat tinggalnya di Gunung Tabur. Banyak karya lukisan kacanya yang dikoleksi oleh pejabat. Terutama lukisan kaca pemandangan bawah laut. Sayang, tak ada anak-anaknya yang mewarisi sebagai pelukis kaca.

Mamanda, di masanya sangat populer dan menghibur. Salah seorang pemerannya adalah Pak Murjani, yang selalu mendapat tugas selaku hulubalang. Karena sulit mendapatkan pemeran perempuan, ini menjadi tugas Pak Ideramsyah, menjadi seorang putri dengan segala dandanannya yang mencolok.

Kebetulan Pak Ideramsyah waktu itu bekerja di Departemen Penerangan, sebelum bergabung di Humas Pemkab, dijadikanlah Mamanda sebagai media komunikasi yang menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Pentas berkeliling kecamatan.

Ada gagasan teman-teman, kalau Mamanda sesekali aktif kembali. Karena yang sering ikut di Mamanda sudah tak ada lagi. Bisa saja Mamanda dengan para pemain pejabat Pemkab. Bisa saja bupati dan wakilnya ikut bermain. Pak sekda juga bisa. Tinggal mengatur alur ceritanya saja.

Dari warung pojok, ada panggilan Pak Edy Djumantara. Aktivis Partai Golkar yang sering mengutarakan pengamatannya terhadap perkembangan politik di Berau. Saya diajak bergabung di warung nasi kuning di Jalan Pulau Derawan.

Baru saja Pak Rifai (Wakil Ketua DPRD) bulik, kata Edy setibanya saya di warung itu. Sudah sedikit siang. Warung yang memang berdekatan dengan kediaman Pak Rifai, sering juga dijadikan tempat nongkrong Pak Gamalis, Wakil bupati. Sebelum melanjutkan salat di masjid yang jaraknya hanya belasan meter.

Lokasi warung yang berhadapan dengan Sungai Segah, jadi inspirasi dan menjadi tema bahasan di warung. Teh susunya enak. Telur setengah masaknya apalagi. Yang luar biasa itu, lontong sayurnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X