Persiapkan Sumber Perekonomian Pasca-tambang

- Jumat, 17 Maret 2023 | 00:22 WIB
HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL: Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional, PT BUMA mengajak puluhan perempuan Kampung Melati Jaya belajar membatik.
HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL: Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional, PT BUMA mengajak puluhan perempuan Kampung Melati Jaya belajar membatik.

TANJUNG REDEB – Batik adalah salah satu kebanggaan budaya Indonesia. Kebanggaan ini semakin meningkat setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya tak benda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 2 Oktober 2009.

Batik sendiri identik dengan masyarakat suku Jawa. Namun, PT Bukit Mandiri Makmur Utama (BUMA), melalui program CSR Community Based Businees Insklusi Sosial, mengadakan pelatihan batik bagi warga Kampung Melati Jaya, Kecamatan Gunung Tabur.

Terdapat 20 perempuan Kampung Melati Jaya dilatih mencanting kain yang telah dipola, menggunakan lilin cair. Proses pembuatan batik tulis terdiri dari enam tahap yaitu tahap pertama (proses pencucian kain), tahap kedua (proses desain), tahap ketiga (proses mencanting), tahap keempat (proses pewarnaan), tahap kelima (proses remekan), tahap keenam (proses penglorodan).

Kolaborasi BUMA dengan para perempuan hebat dari Kampung Melati Jaya sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional. Tentu BUMA tidak bergerak sendiri, sosok pembatik yang sedang naik daun, yakni Putri Arofah menjadi mentor dalam kegiatan ini. Putri Arofah sendiri sudah membawa batik Berau menuju nasional. Owner Batik Maluang ini, tentu tidak ingin ilmu yang dia miliki hanya disimpan sendiri.

Kepala Kampung Melati Jaya, Sutrimo, mengatakan, kegiatan membatik ini tentu sangat bagus. Ini juga wujud kepedulian perusahaan terhadap masyarakat lingkar tambang. Membatik memang memerlukan keahlian khusus. Namun dia yakin, dengan pendampingan BUMA, kampung yang dia pimpin bisa menjadi sentra batik.

“Kami menyambut baik dan berterima kasih atas pelatihan membatik dari BUMA. Semoga pelatihan ini memberdayakan ibu-ibu di kampung kami. Sekaligus membantu perekonomian masyarakat di lingkar tambang BUMA Lati,” jelasnya.

Hari kedua sampai keempat adalah praktik. Kegiatan ini diadakan di workshop milik Putri Arofah di Kampung Maluang. Para peserta berlatih menggambar pola, memindah pola ke atas kain, dan mencanting. Setelah itu, mereka mempraktikkan cara mewarnai kain, fiksasi warna, dan pelorotan. Hasilnya luar biasa. Para peserta mampu memproduksi 40 batik yang terdiri dari 20 batik cap dan 20 batik tulis.

“Antusias dan potensi ibu-ibu Kampung Melati Jaya sangat tinggi terhadap dunia batik. Mereka mampu mengekspresikan keunikan Kampung Melati Jaya,” jelas Putri Arofah.

Sementara Business Support Manager BUMA Jobsite Lati, SG Rajagukguk, menjelaskan operasi perusahaan tambang batu bara akan berakhir suatu saat nanti. Sebelum itu, masyarakat di sekitar lingkar tambang harus mempersiapkan diri mencari alternatif sumber perekonomian. Dengan demikian, kebergantungan ekonomi warga kepada industri pertambangan bisa berkurang.

“Oleh sebab itu, BUMA Lati sebagai salah satu kontraktor batu bara berupaya mewujudkan kemandirian masyarakat Kampung Melati Jaya,” jelasnya.

Pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi kreatif yang dipilih. Mereka dilatih agar memiliki keahlian membatik dan mampu mengembangkan produk batik. BUMA berharap, kemandirian ekonomi warga dapat terwujud ketika memasuki pasca-tambang.

Produk batik adalah komoditas ekonomi kreatif yang membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat. Batik juga mendukung sektor kebudayaan dan pariwisata.

“Ke depannya, BUMA ikut mendorong produk batik Kampung Melati Jaya menjadi produk unggulan. Batik tersebut akan dipasarkan kepada masyarakat umum,” tuturnya.

BUMA ingin masyarakat pasca-tambang, bisa menjadi masyarakat yang tangguh dan bisa mengelola ekonomi melalui rumah. BUMA yakin, para perempuan tangguh tersebut mampu mengangkat Kampung Melati Jaya, menjadi kampung sentra batik, dan pusat industri batik di Bumi Batiwakkal. “Ya perempuan, batik dan pasca-tambang. Saya yakin, mereka mampu,” tutupnya. (hmd/adv/sam)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X