Soto Banjar

- Jumat, 17 Maret 2023 | 00:23 WIB
-
-

HARI Rabu (15/3) sore nyaris terjadi kebakaran. Lokasinya di Jalan Niaga, gudang alat tulis. Beruntung warga dengan sigap memadamkan api sebelum kendaraan pemadam tiba.

Ada peristiwa, walaupun sudah berlangsung puluhan tahun silam, namun kisah itu tak pernah hilang dalam ingatan. Peristiwa kebakaran yang menghabiskan rumah sepanjang tepian Sungai Segah. Termasuk, di lokasi yang terjadi di hari Rabu itu.

Pak Jebar Hakim, wartawan senior yang juga menjadi saksi dalam peristiwa kebakaran, menggambarkan betapa mencekamnya kebakaran yang tak bisa dipadamkan karena minim alat pemadam. “Kita menunggu api padam sorangan (sendiri, red),” kata dia.

Dia menyarankan, instansi teknis yang menangani agar pipa atau hydrant yang tersedia perlu diperiksa ulang. Apakah kepala di hydrant itu masih cocok dengan kepala selang milik mobil pemadam. Kalau belum ada, kata Jebar, segera ditempatkan hydrant di daerah rawan kebakaran.

Memang harus ekstra hati-hati. Apalagi sepekan ini berlangsung giliran pemadaman listrik -istilah PLN giliran penyalaan- sehingga warga harus paham betul dalam menggunakan genset. Bagaimana menyambungkan antara mesin dengan rumah.

Katanya, kejadian di Jalan Niaga itu akibat genset yang setrumnya mengalir ke rumah, sementara saklar PLN tidak dalam posisi off. Disaat mesin genset masih aktif , setrum PLN masuk. Terjadilah benturan arus yang menimbulkan api. Kayaknya, perlu pencerahan dari PLN, kata warga yang tinggal di Jalan Niaga.

Hari Kamis (16/3) kemarin, rencananya pagi-pagi sudah menuju Pasar Adji Dilayas. Ingin melihat bagaimana aktivitas maupun situasi pasar yang dulu mendapat predikat sebagai pasar terbaik se-Indonesia.

Rencana berangkat pagi, namun nyatanya siang juga. Soalnya, mampir dulu di warung Soto Banjar ‘Kuin’ yang wilayah Bedungun. Ada istilah teman-teman. Bila ingin bertemu bubuhan Banjar, datang saja ke tempat ini.

Tidak selalu benar istilah teman saya itu. Nyatanya, di saat sedang menikmati Soto Banjar dengan telur bebek di topping-nya. Ada empat orang yang baru datang. Dalam benak saya, mereka inilah barangkali bubuhan banjar.

Saya ketawa dalam hati. Waktu memesan soto, mereka berbahasa Indonesia. Tanpa sedikitpun terdengar logat banjarnya. Setelah duduk, ada di antara mereka yang tidak ikut makan. “Wes mangan” kata dia. Berarti yang datang itu bukan orang banjar. Orang jawa yang doyan Soto Banjar. Sama dengan saya yang Doyan Coto Makassar, kali ini makan Soto Banjar.

Memasuki pintu utama Pasar Adji Dilayas, sudah terdengar suara musik yang nyaring. Saya pikir ada kegiatan apa atau barangkali ada penjual obat. Setelah terus berjalan ke bagian belakang pasar. Di antara jejeran bangunan kayu (kios) itu yang memasang alat pengeras suara yang diarahkan ke pasar.

Petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah di sekitar lokasi pasar subuh menegur saya sambil melambaikan tangannya. Alhamdulillah, rupanya masih ingat. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Bukan hanya fisik bangunan, tapi kawasannya juga perlu dikelola dengan baik.

Sebelah kanan pintu masuk, ada lahan yang disiapkan untuk parkir kendaraan. Tapi tak satupun kendaraan ada di situ. Pemilik kendaraan lebih suka menempatkan kendaraannya tak jauh dari tempatnya berbelanja. Ataupun tempat mereka berjualan.

Pasti alasannya sangat jauh jalan kaki. Dari parkir depan, hingga ke pasar basah. Itulah yang harus dipikirkan oleh pengelola pasar. Pernah terdengar kabar akan dilakukan perbaikan. Iya, memang perlu perbaikan total sekaligus menata kawasannya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X