Selera Banjar

- Jumat, 24 Maret 2023 | 19:22 WIB
-
-

HUJAN sore-sore hari pertama. Juga rasanya mau tidur seharian. Padahal, rencana mau hunting wadai.

Mencari wadai di Pasar Ramadan kah? Pesan teman lewat WhatApp. Memang maunya mencari takjil sekalian masakan siap santap. Apalagi hari pertama ini, semua masakan serba baru. Dagingnya baru. Ikannya baru. Baru dimasak. Semuanya baru.

Rencananya seperti itu, mau mencari sambal mangga dan ikan teri goreng. Ada langganan saya yang jualannya hanya itu saja setiap Pasar Ramadan. Tapi lari manis. Belum lagi yang jualan wadai hamparan tatak.

Pasar Ramadan sebetulnya arenanya UMKM. Sepanjang bulan puasa, mereka bisa memanfaatkan untuk berjualan dan memperkenalkan jenis-jenis masakan. Karenanya, momen bulan puasa inilah, UMKM bisa berekspresi lewat jualan langsung di pasar Ramadan. Maupun melalui media sosial.

Dan, bukan hanya yang jualan di halaman masjid saja. Mungkin ratusan bila menghitung banyaknya yang berjualan di tempat tempat terbuka. Mereka memanfaatkan bulan puasa untuk menawarkan makananan maupun takjil Ramadan.

Bila dicermati jenis jaualan kue yang tersimpan di meja penjual yang di Pasar Ramadan, dan mencermati jenis kue yang ada di luar Pasar Ramadan. Sepertinya memang ada yang tugasnya memasok semua kebutuhan jenis kue. Penjualnya hanya mendapatkan selisih harga yang disepakati.

Jadi jangan heran. Kue yang dijual di halaman Masjid Agung, sama persis dengan kue yang dijual di Jalan Milono atau di Jalan Pulau Derawan. Memang mereka mendapatkan dari pedagang yang sama.

Karena hujan, saya batalkan saja mengunjungi Pasar Ramadan. Itu sama dengan, saya tidak mendapatkan bingka kentang yang dijual teman saya, yang ukurannya tidak terlalu besar. Harganya Rp 50 ribu.

Juga batal membeli Barongko, yang dijajakan warga bersama jenis kue khas lainnya. Tak bisa menikmati sambal mangga dan sayur bening yang nyaman-nyaman itu.

Terus, di hari pertama, buka puasanya apa saja? Yang ringan-ringan itu cukup membeli Pisang Ijo yang jualan di dekat perpustakaan. Yang jualan ibu-ibu. Pisang ijonya pakai sirop merek DHT buatan Makassar. Rasanya pas, yang jualan asli Makassar.

Yang tak ketinggalan di hari pertama puasa itu, berbelanja di rumah makan Kalimantan di Jalan Durian I. Sejak tiga tahun ini, saya bila selera Banjar menggoda, cukup ke warung Kalimantan saja.

Ada belasan jenis sayuran dan masakan siap saji. Harganya tidak mahal. Sayur satu porsi hanya Rp 10 ribu. Sebetulnya mau membeli Paria yang ada kambunya. Kambunya itu kelapa goreng dan ikan. Saya tunda dulu. Nanti akan ada gilirannya.

Saya hanya beli teri goreng dan sayur santan rebung dan kacang panjang. Kalau sudah bubuhan Banjar yang bikin sayur santan, tak perlu diragukan lagi. Hari pertama cukup ini saja dulu. Tidak usah langsung di-gaspol.

Tempat berjualan selama bulan puasa, nampaknya yang hanya di halaman Masjid Agung saja. Yang berjualan sekitar pagar perpustakaan, yang biasanya jualannya sepekan jelang lebaran, justru berjualan di hari pertama puasa.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X