GUNUNG TABUR – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau akan membangun Jembatan Sei Satta pada tahun ini. Pembangunan tersebut juga ditargetkan rampung pada Desember 2023 nanti.
Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan, Riziah Awalya mengatakan, selama ini jembatan yang menghubungkan dua kampung itu menggunakan Jembatan Bailey, sebuah jembatan dengan kerangka besi yang peruntukkannya hanya sementara saja.
“Jembatan Sei Satta akan direalisasikan tahun ini,” terang Riziah pada Jumat (24/3).
Lanjutnya, pembangunan jembatan yang memiliki panjang ruas sejauh 15 meter itu akan memakan biaya mencapai Rp 26 miliar.
Saat ini, proyek tersebut pun masih tahap untuk dilakukan lelang. Sehingga, setelah lengkap dan selesai, maka akan segera diajukan ke LPSE untuk segera lelang pekerjaan tersebut.
Rencananya, pekerjaan tersebut diprediksi akan dimulai antara April atau Mei. “Semakin cepat tentunya akan semakin baik. Jembatan itu nantinya akan lebih memudahkan masyarakat atau pengguna jalan lainnya untuk melintasi jalan tersebut,” terangnya.
Diketahui, Jalan Poros Samburakat-Sembakungan sendiri kini kerap dilalui pengendara lantaran lintasannya yang cenderung tak banyak belokan dan datar. Sehingga, jarak tempuh dan waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
“Memang masih dalam tahap persiapan lelang, kita target juga semoga Desember nanti selesai,” terangnya.
Saat proses pekerjaan dimulai, arus lalu lintas sementara waktu terpaksa dialihkan melalui jalan lama atau jalan ruas Nasional. Meski demikian, ia berhadap masyarakat bisa memakluminya untuk sementara waktu.
“Kami harap bisa dimaklumi, semoga jembatan baru nanti bisa lebih nyaman dan aman,” tuturnya.
Salah seorang pengendara yang melintas, Kurni mengaku cukup senang mendengar kabar tersebut. Sebab, dirinya yang bekerja di Tanjung Redeb kerap pulang ke rumah orangtuanya setiap akhir pekan dan merasa khawatir saat melewati jembatan Bailey saat ini.
“Kadang deg-degan aja sih, suaranya saat dilintasi cukup mengerikan,” ungkapnya.
Dirinya juga merasa tak keberatan jika sementara waktu harus memutar melalui jalur lama. Sebab, hal itu dilakukan sementara waktu saja untuk meningkatkan kualitas perjalanan ke depannya.
“Sementara aja kan, nanti kalau selesai kan juga lebih nyaman kita melintas,” pungkasnya. (sen/arp)