TANJUNG REDEB - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau gandeng Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk memperkaya kearifan budaya dan kesenian di Bumi Batiwakkal.
Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menuturkan, kebudayaan dan kesenian yang dimiliki Berau yang dapat dikembangkan di antaranya disebut Ilyas, seraung. "Kalau ada kayunya, kita bisa kreasikan tanpa menghilangkan nilai budaya dasarnya,” tuturnya.
Tak hanya melakukan pengembangan pada seni kriya, tetapi juga pada tarian-tarian adat yang nantinya akan dibuatkan naskah yang menjelaskan tarian tersebut. Sehingga, ketika tarian dilangsungkan atau dipertunjukkan bisa sambil diiringi penjelasan asal mula, kebiasaan, atau filosofi dari tariannya.
“Kita harapkan mereka datang (untuk) mengkreasi, tentunya dengan tidak meninggalkan keaslinnya,” jelasnya, kemarin (18/4).
Lanjut Ilyas juga, dari kerja sama itu juga tidak menutup kemungkinan kedatangan akademisi saja, melainkan juga kunjungan mahasiswa ISI Yogyakarta untuk melakukan penelitian dan pengembangan kesenian daerah hingga memberikan pelatihan.
Kedatangannya nanti setelah dilakukan perjanjian kerja sama (PKS). “PKS-nya nanti akan kita susun ulang, nanti akan kita tindaklanjuti lagi,” terangnya.
Tambah mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) ini juga, alasan memilih ISI Yogyakarta, karena sudah terkenal dengan kelebihan penguasaan budaya adalah Soimah Pancawati.
“Mereka ahli di bidang budaya, jadi mereka datang untuk lakukan kreasi, bukan untuk mengubah,” tuturnya.
Saat ini sendiri pihaknya masih melakukan pendalaman untuk melangsungkan kerja sama antara Pemkab Berau dengan ISI Yogyakarta. Selain mendalami kegiatan, juga dalam tahapan menghitung kebutuhan anggaran yang dibutuhkan.
“Kita sudah lakukan MoU, nanti PKS-nya baru bisa. Sekarang masih kita hitung kebutuhan anggarannya berapa,” tandasnya. (*/sen/sam)