KRB, Komunitas yang Konsisten Membagikan Edukasi Terkait Reptil

- Senin, 1 Mei 2023 | 09:14 WIB
PECINTA REPTIL: Sejumlah anggota Komunitas Reptil Bandung foto bersama. Komunitas ini sudah terbentuk sejak 2009 lalu.
PECINTA REPTIL: Sejumlah anggota Komunitas Reptil Bandung foto bersama. Komunitas ini sudah terbentuk sejak 2009 lalu.

Lewat berbagai cara, Komunitas Reptil Bandung berusaha mengabarkan ke khalayak bahwa hanya 20 persen dari ribuan jenis ular yang berbisa dan bahwa memelihara reptil itu relatif gampang. Sebelum bergabung, calon anggota harus presentasi dulu seluk-beluk reptil yang dikuasai.


AGAS PUTRA HARTANTO, Bandung

 

PENYAYANG binatang bukan berarti tak pernah digigit binatang yang disayangi. Yuda Debyan mengaku mengalaminya berkali-kali dengan ular. ’’Tapi, ya yang tidak berbisa ya,” kata anggota Komunitas Reptil Bandung (KRB) tersebut kepada Jawa Pos bulan lalu (10/3).

Karena itu pula, tiap kali hendak membuka kandang ular sanca peliharaannya, Firman Nurdiansyah selalu mengetuk kaca kandang dulu. Setelah itu, menutup bagian kepala menggunakan alat atau tripleks. Baru kemudian mengambil badannya.

’’Reptil, apalagi ular, punya otak kecil. Mereka tidak memiliki daya ingat yang kuat akan tuannya. Sehingga suatu saat bisa menyerang,” kata Firman yang juga ketua KRB itu.

Pengetahuan bahwa daya ingat ular lemah, bahwa ular tidak berbisa justru lebih agresif, atau bahwa hanya 20 persen saja dari 3 ribu spesies ular di dunia yang berbisa –itu pun level bisanya beragam– seperti itulah yang berusaha terus diedukasikan KRB kepada khalayak. Juga bahwa tidak semua ular dengan bentuk kepala segitiga berbisa.

Lewat kegiatan yang rutin mereka adakan tiap Minggu pagi, komunitas yang berdiri sejak 2009 tersebut juga membeberkan bahwa memelihara reptil sejatinya relatif gampang. ’’Sesuai tagline komunitas kami, tahu, mengenal, dan peduli. Karena membuat orang untuk peduli harus mengetahui lebih dulu reptil dan mengenal dulu karakternya,” ungkap pria 28 tahun itu.

Ular, misalnya, hanya diberi makan seminggu sekali atau setelah buang air baru dikasih makan lagi dan tidak perlu dijemur dan dimandikan. Cukup memberi lampu di dalam kandang. Kalau jenis kadal, cukup diberi makan 3–4 hari sekali. Hanya iguana yang masih membutuhkan makan dan berjemur setiap hari.

KRB berdiri pada 20 April 2009. Bermula dari grup diskusi daring pencinta reptil terbesar se-Asia Tenggara, Reptil-X.

Kebetulan, Reptil-X menggelar gathering di Bandung. Sekitar 10 orang pencinta reptil Kota Kembang berkumpul, kenalan, duduk, dan ngobrol bareng. ’’Dari situ bikin satu wadah komunitas biar sesama orang Bandung pencinta reptil bisa saling sharing,” terang Firman.

KRB biasanya melakukan kegiatan rutin setiap Minggu pagi. Sosialisasi dan show case di Taman Lansia. Di kesempatan itu, para anggota memberikan penjelasan bagaimana menangani reptil, memegangnya, dan seluk-beluk lain.

Kebanyakan anggota KRB memelihara ular. Terutama jenis piton, seperti bold python dan piton albino. Kemudian diikuti iguana yang menjadi reptil peliharaan favorit berikutnya. Mulai dari iguana hijau, iguana biru, hingga bearded dragon atau kadal janggut.

Tidak ada persyaratan khusus untuk masuk menjadi anggota KRB. Meski demikian, tetap ada proses penyaringan dalam menambah anggota. Etika, kemauan mempelajari reptil, dan keaktifan calon anggota menjadi penilaian.

Sebelum sah sebagai anggota, calon anggota melakukan presentasi menjelaskan seluk-beluk reptil yang dikuasai. Jika dianggap memenuhi, baru diangkat sebagai anggota resmi. ’’Kami bukan komunitas yang mengandalkan gengsi cuma buat pamer hewan doang tapi ilmunya nggak ada,” beber Firman.

Dia juga mengingatkan, para anggota, jika memelihara venom (ular berbisa tinggi), harus mendapat izin orang tua dan arahan dari komunitas. Jadi, tidak bisa semena-mena gabung komunitas kemudian langsung bisa memelihara ular berbisa.

KRB juga menerima aduan masyarakat melalui tim snake rescue. Biasanya laporan penemuan ular di rumah. Komunitas menyediakan anggota yang ahli dalam hal itu. ’’Tapi, kalau permintaan sedang penuh dan tidak ada anggota yang siap, kami teruskan ke tim damkar,” jelasnya.

Bagi Yuda, semua platform perlu dijelajahi karena semua lapisan perlu diberi edukasi yang benar tentang reptil. Misalkan, jika terkena gigitan ular, jangan panik. Kenali jenis gigitannya.

Seberapa pun besarnya cinta Anda kepada ular, yang harus dihindari, jangan sekali-kali mengisap atau menyedot luka akibat gigitan, apalagi dipijat. ’’Karena bisa mempercepat penyebaran racun di dalam tubuh,” kata Yuda. (*/c17/ttg/jpg/sam)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X