Mesin Turbo

- Kamis, 18 Mei 2023 | 15:19 WIB
-
-

SUDAH lama saya mendengar sebutan mesin turbo itu. Belum tahu, bagaimana cara bekerjanya. Tapi, makna sebenarnya membuat mesin lebih bertenaga. Lebih andal.

Apa karena dengan kekuatan itu, sehingga hadirnya nama Pak Makmur di partai barunya, menjadi pendorong yang hebat. Tak salah, bila petinggi Partai Gerindra di daerah, menyebut Pak Makmur adalah mesin turbo.

Sejak kemelut di gedung DPRD Kaltim, di mana posisi Pak Makmur sebagai peraih suara terbanyak di Partai Golkar, sudah menjadi ‘hot issue’ di Kaltim. Selain tak pernah mendengar ‘rusuh’ di tubuh partai, juga karena ini kali kedua terjadinya penggantian di tengah jalan.

Saya ingat, almarhum Soehartono Soecipto, ketika menjabat sebagai Ketua DPRD Kaltim, juga merasakan pengganjalan seperti yang dirasakan Pak Makmur. Om Tono, begitu warga Berau menyebut namanya, diganjal oleh sahabat separtainya. Juga sahabat sekampusnya.

Pada Pak Makmur pun begitu. Ia dijatuhkan oleh teman separtainya. Sama-sama bernaung di partai berlambang pohon beringin. Diganjal oleh teman separtai yang perolehan suaranya jauh di bawah Pak Makmur. “Itulah politik,” kata teman saya.

Saya sering jumpa Pak Makmur, setelah peristiwa pencopotan dirinya. Ingin tahu, situasi batinnya. Apa sebenarnya yang terjadi. Ia tak pernah mau bicara. Pun kepada saya yang notabene sahabatnya. Yang menemani selama 15 tahun memimpin Berau.

Pernah terpikir dalam hati, walau sedemikian remuk dibuat oleh kawan separtainya, ia akan tetap berada di bawah pohon beringin. Sederhana alasan saya. Makmur sudah 30 tahun menjadi anggota partai. Ia terbilang senior partai dalam 10 tahun terakhir. Tidak mungkin meninggalkan partai yang pernah membesarkannya.

Ia sadar, partai Golkar lah yang membuatnya seperti sekarang. Tapi, partai itu pula yang menghapus rekam jejak perjuangannya membesarkan partai. Kecewakah Makmur diperlakukan begitu. Tak pernah ia ucapkan. Tapi 48 ribu pemilihnya ditambah 250 ribu warga Berau, merasakan bagaimana Pak Makmur diperlakukan sangtat tidak adil.

Dan sayapun terkejut, ketika membaca berita kalau Pak Makmur mengambil putusan meninggalkan Partai Golkar. Tapi tidak terkejut, kalau Pak Makmur merapat ke partai yang dipimpin Prabowo Subianto. Partai Gerindra. Mungkin saya akan terkejut berkali-kali, bila tempat berlabuhnya bukan di Gerindra.

Partai berlambang kepala burung Garuda itu, untuk tingkat kabupaten menargetkan bisa meraih kursi lebih banyak dari yang ada sekarang. Di tingkat provinsi, juga begitu. Di mana Pak Makmur, kembali menemui pemilih dan warga Berau di partainya yang baru. Partai yang sudah lama ia dikenal.

Ia akan membuktikan, bahwa keterpilihannya karena ketokohannya. Kembali memilih di dapil yang sama. Daerah pemilihan yang selama ini sudah merasakan bagaimana perjuangan seorang Makmur.

Maka, betullah kalau seluruh pengurus dan anggota Partai Gerindra di Berau dan di Kalimantan Timur. Kalau hadirnya Pak Makmur di tengah-tengah mereka diibaratkan mendapatkan ‘mesin turbo’. Akan mampu meningkatkan penampilan partai yang khas berbaju putih dan celana cokelat muda.

Mesin turbo itu, kini resmi bergabung di Partai Gerindra. Apa yang dinantikan warga Berau dan seluruh simpatisan partai Gerindra, kini jadi nyata. Pak Makmur, akan menggantungkan baju kuningnya, berganti baju putih, warna yang melambangkan keikhlasan dan ketulusan.

Pak Jakaria, ketua partai Gerindra di Berau. Pak Andi Harun, wali kota Samarinda (sahabat Pak Makmur) petinggi partai Gerindra di Kaltim, di hari-hari ke depan, setelah pendaftaran partainya di KPU, akan tersenyum manis.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X